Beberapa ilmuwan meyakini penularan virus corona bisa melalui mata. Namun, Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan Endang Budi Hastuti mengatakan, penularan bukan melalui tatapan mata. Penularan bisa terjadi bila tangan dengan virus corona digunakan untuk menggosok mata.
"Kalau mengucek mata kemudian tangan kotor dan terinfeksi virus tadi (maka bisa tertular). Jadi bukan dari tatapan mata," kata dia di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Jumat (31/1).
Maka itu, ia menyarankan kepada masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun atau cairan antiseptik. Cuci tangan juga mengikuti lima langkah seperti yang direkomendasikan Kemenkes.
(Baca: Selain Virus Corona, 4 Penyakit Ini Pernah Ditetapkan Darurat oleh WHO)
Seperti diketahui, beberapa ilmuwan meyakini cara penularan virus corona antar-manusia bisa melalui mata. Mengutip dari South Morning China Post, Pakar Pernafasan dari Peking University First Hospital, Tiongkok, Wang Guangfa positif terinfeksi virus corona setelah mengunjungi bangsal isolasi pasien pengidap virus corona.
"Saat itu kami sangat waspada dan menggunakan masker N95. Namun, saya kemudian menyadari tidak menggunakan kacamata pelindung," kata dia.
Setelah kembali ke Beijing, ia merasakan mata kirinya mengalami konjungtivitis atau mata merah. Kemudian, dua hingga tiga jam kemudian dia mulai mengalami demam dan tenggorokan berlendir.
(Baca: Wabah Virus Corona, KBRI Beijing Imbau WNI Tinggalkan Tiongkok)
Awalnya, Guangfa mengira bahwa dirinya hanya menderita flu biasa lantaran ia belum pernah melihat pasien corona dengan indikasi konjungtivitis. Namun, perawatan flu biasa yang ditempuh Guangfa tak efektif serta ia terus mengalami demam intermiten.
Ia kemudian memeriksakan dirinya dengan tes nCoV dan hasilnya positif terinfeksi virus corona. Maka itu, ia menilai bahwa penjelasan paling memungkinkan ia terinnfeksi virus corona melalui mata.
Anggota panel ahli tingkat senior Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission) pun mengatakan staf medis perlu menggunakan kacamata pelindung mengingat mereka melakukan kontak langsung dengan pasien. Sedangkan masyarakat umum dapat menggunakan masker biasa.