Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta tidak ada kehebohan meski harga minyak dunia melonjak. Naiknya harga minyak seiring ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir dari Bloomberg pada hari ini pukul 15.39 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2020 naik 0,88% menjadi US$ 63,25per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret naik 1,19% menjadi US$ 69,08 per barel.
Harga minyak WTI bahkan sempat menyentuh level tertinggi sejak April tahun lalu yakni atau mencapai US$ 65,85 dalam sesi perdagangan sebelumnya. Harga Brent juga sempat meroket hingga US$ 70,10 per barel, tertinggi sejak pertengahan September 2019.
"Enggak apa-apa. Semua itu hidup, pasti ada naik turun, jangan terlalu heboh," kata Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1).
(Baca: Harga Minyak Meroket setelah Iran Serang Pangkalan Militer AS)
Dia juga mengatakan pemerintah akan mencermati peningkatan harga minyak tersebut. Luhut juga akan berdiskusi dengan pihak terkait.
Harga minyak melonjak pada perdagangan Rabu (8/1) setelah Iran menyerang menyerang pangkalan militer AS di Irak. Serangan tersebut respons dari serangan udara AS yang menewaskan komandan Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani pada akhir pekan lalu.
Militer AS pada Selasa (7/1) kemarin menyampaikan bahwa Iran telah menembakan lebih dari selusin rudal balistik ke pangkalan militer Irak yang menampung tentara koalisi Negeri Paman Sam tersebut.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam cuitannya mengatakan kondisi AS usai serangan tersebut baik-baik saja. “Sejauh ini kami memiliki militer terkuat dan terlengkap di dunia,” cuit @realDonaldTrump, Rabu (8/1).
Usai serangan rudal tersebut, Iran kembali meminta tentara AS angkat kaki dari Timur Tengah. “Sekarang mereka sudah mengetahui kekuatan kami,” kata panglima militer Iran, Mohammad Bagheri dilansir dari Reuters.
(Baca: Usai Diserang Iran, Trump: AS Punya Militer Terkuat di Dunia)