Harga minyak turun pada Selasa (7/1) karena pasar mulai tenang merespon konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran. Akibat konflik tersebut, harga minyak sempat berada di level tertinggi dalam sebulan terakhir.
Seperti dilansir dari Bloomberg pada hari ini pukul 09.38 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2020 turun 1,23% menjadi US$ 62,49 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret turun 1,32% menjadi US$ 68 per barel.
Harga minyak terus naik dalam dua hari terakhir karena pelaku pasar khawatir serangan udara AS yang membunuh komandan militer Iran Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020 lalu di Baghdad bakal membuat pasokan minyak berkurang. Namun, sejumlah analis memproyeksi pengaruh konflik AS-Iran tidak akan seluas itu.
(Baca: Konflik AS-Iran Memanas, Chevron Tarik Pekerja Ekspatriat dari Irak)
Konsultan Eurasia Group dalam catatannya memproyeksi Iran akan fokus menyerang fasilitas militer AS. "Ini bukan berarti tidak ada serangan terhadap pengiriman komersil atau infrastruktur energi, tapi serangannya kemungkinan tidak akan parah," ujar Eurasia seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (7/1).
Di sisi lain, harga minyak mendapatkan dorongan dari berkurangnya produksi minyak negara-negara OPEC. Secara rata-rata, anggota OPEC memproduksi 29,5 juta barel per hari (bopd) pada bulan lalu, turun 50 ribu bopd dari November 2019.
Stok minyak AS juga turun pada pekan lalu dalam empat minggu berturut-turut. Enam analis yang dimintai keterangan oleh Reuters menyatakan secara rata-rata stok minyak AS turun sekitar 4,1 juta barel pada pekan lalu
(Baca: Konflik AS-Iran, Ekonom Lihat Potensi Harga Minyak Capai US$ 100/Barel)
.