Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Inpex Corporation mengajak perusahaan nasional terutama pelaku usaha penunjang hulu migas untuk terlibat dalam pengembangan Blok Masela. Ini lantaran SKK Migas ingin memaksimalkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah menetapkan TKDN Blok Masela mencapai 26,62 persen. Jika dihitung, nilainya mencapai sekitar US$ 5,27 miliar atau sekitar Rp 73 triliun.
"Proyek ini akan berjalan selama empat hingga lima tahun, nilai pertahunnya menjadi sangat besar," ujar Dwi saat ditemui di Gedung SKK Migas, Kamis (19/12).
Dia menjelaskan nilai TKDN sebesar 26,62 persen itu dihitung berdasarkan nilai investasi seluruh pengerjaan proyek Blok Masela yang mencapai US$ 19,8 miliar. Adapun pengerjaan proyek tersebut termasuk land clearance hingga civil construction.
"Dengan skema onshore LNG, maka porsi dalam negeri akan lebih banyak," kata Dwi.
(Baca: SKK Migas Intip Fasilitas Terminal LNG Inpex di Jepang)
Selain TKDN, proyek tersebut diharapkan dapat mendorong efek berganda di tingkat nasional maupun daerah. Terutama ketika memasuki fase konstruksi yang diproyeksi bakal dimulai pada dua hingga tiga tahun ke depan.
SKK Migas memproyeksi waktu kerja yang timbul dari proyek tersebut dalam kurun waktu 33 tahun sebanyak 152 juta jam kerja. Dari sisi manfaat secara ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional diproyeksikan naik sebesar US$ 153 miliar dan pendapatan rumah tangga nasional naik sekitar US$ 33,5 miliar.
Di sisi lain, Presiden Direktur Indonesia INPEX Masela Ltd. Akihiro Watanabe mengatakan pihaknya mendukung program pemanfaatan TKDN, penggunaan vendor, penyerapan tenaga kerja Indonesia untuk pengembangan proyek LNG Abadi.
“Proyek LNG Abadi ini sangat penting baik bagi kami maupun bagi Indonesia, sehingga langkah sinergi bersama ini kami dukung sepenuhnya,” ujar Akihiro.