Prabowo Kunjungi Tiongkok, Ini Lima Alutsista Andalan Negeri Panda

123RF.com/hulv850627
Ilustrasi kapal perang milik militer Tiongkok. Indonesia menjalin kerja sama bidang pertahanan dengan Tiongkok.
Penulis: Hari Widowati
18/12/2019, 07.30 WIB

Lawatan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Tiongkok berbuah kesepakatan antara kedua negara untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan. Industri militer Tiongkok yang modern dan canggih dinilai dapat meningkatkan kualitas alat utama sistem pertahanan (alutsista) militer Indonesia.

Prabowo bertemu Menteri Pertahanan Nasional Tiongkok, Jenderal Wei Fenghe, di Beijing pada Senin (16/12) pagi. Keduanya tampak bersikap hangat dan bersahabat. "Suasananya cair antara kedua rekan sejawat ini dalam membahas berbagai isu terkait pertahanan negara, kerja sama kedua angkatan bersenjata Indonesia dan Tiongkok, serta masalah stabilitas dan keamanan di kawasan," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, di Beijing, seperti dikutip Antaranews, Selasa (17/12).

Kedatangan Prabowo disambut upacara militer oleh Menhan Wei dan pasukan pengawal kehormatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Prabowo sudah dua kali bertemu Jenderal Wei. Sebelumnya, mereka bertemu dalam Pertemuan ke-6 Tingkat Menteri Pertahanan ASEAN Plus di Bangkok, Thailand, pada 18 November 2019.

Pada kesempatan itu, Prabowo sempat berdiskusi dengan Deputi Direktur Jenderal Lembaga Negara untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Industri Pertahanan Nasional (SASTIND) Xu Zhanbin. Dalam pertemuan tersebut Xu didampingi perwakilan dari sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) industri strategis Tiongkok, antara lain China Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMIEC), Norinco, dan China Electronics Technology Group Corporation (CETC). Di hadapan Prabowo, mereka menceritakan pengalamannya di Indonesia dan negara-negara lain.

(Baca: Prabowo ke Beijing untuk Perkuat Kerja Sama Pertahanan dengan Tiongkok)

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Menteri Pertahanan Tiongkok Wei Fenghe. (Kedutaan Besar Beijing)

Menurut Dubes Djauhari, dialog dengan SASTIND membahas kemungkinan kerja sama industri pertahanan dengan Tiongkok. "Industri pertahanan Tiongkok telah terbukti dapat memenuhi hampir semua kebutuhan pertahanan negara ini," ujarnya.

Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, juga menyatakan kerja sama industri pertahanan tersebut harus menguntungkan Indonesia agar pertahanan militer Indonesia makin maju ke depannya. "Menhan terus menjajaki potensi-potensi kerja sama industri pertahanan yang menguntungkan negara khususnya terkait dengan upaya alih teknologi alutsista,” ujar Dahnil, seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (16/12).

Dalam kunjungan ke Beijing yang berlangsung selama tiga hari, Prabowo didampingi Inspektur Jenderal Kemenhan, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kemenhan, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Panglima Komando Operasi TNI AU 2, Komandan Pusat Persenjataan Kavaleri TNI AD, dan Komandan Pusat Persenjataan Artileri MedanTNI AD.

Selain itu, ada Komandan Pusat Persenjataan Artileri Pertahanan Udara TNI AD, Panglima Komando Armada 1 TNI AL, dan Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AL. Prabowo Subianto juga didampingi penasihat, yaitu Sjafrie Sjamsoeddin dan Suryo Prabowo. Kunjungan ke Beijing ini merupakan kunjungan luar negeri keempat yang dilakukan Menhan Prabowo setelah dilantik. Ia telah berkunjung ke Turki pada 28 November 2019, ke Malaysia pada 14 November 2019, dan Thailand pada 16-18 November 2019 untuk pertemuan Asean Defence Minister Meeting.

(Baca: Erick Thohir Tugaskan Len untuk Tingkatkan Industri Pertahanan)

Kecanggihan Alutsista Tiongkok

Mengapa Indonesia ingin bekerja sama dengan Tiongkok di bidang pertahanan? Tiongkok merupakan negara yang gencar meningkatkan kapasitas militernya dengan persenjataan mutakhir. Berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), anggaran belanja militer Tiongkok pada 2018 mencapai US$ 250 miliar atau sekitar Rp 3.500 triliun. Ini merupakan anggaran belanja militer terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 649 miliar atau Rp 9.086 triliun.

Laporan lainnya dari CNBC.com menyebutkan, Tiongkok saat ini juga menjadi salah satu eksportir alutsista yang diperhitungkan di dunia. Berdasarkan data SIPRI, Tiongkok mengekspor 16,2 miliar unit amunisi dalam 12 tahun terakhir. Sebagian besar ekspor persenjataan itu dikirimkan ke negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Tiga negara yang paling banyak mengimpor alutsista adalah Bangladesh, Myanmar, dan Pakistan.

Berikut ini lima alutsista yang menjadi unggulan militer Tiongkok, kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Kapal induk Shandong

Kapal induk Shandong tipe 001 pertama kali diluncurkan pada 26 April 2017. Kapal induk terbesar kedua di Tiongkok ini dibuat oleh Dalian Shipbuilding Industry di Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok. Menurut kantor berita Xinhua, kapal induk ini mampu mengangkut 38-40 pesawat tempur.

Kapal dengan panjang 315 meter dan bobot 55 ribu ton ini ditenagai oleh mesin dengan delapan turbin uap yang diadaptasi dari mesin buatan Rusia yang digunakan di kapal induk Liaoning. Kapal ini memiliki dek yang lebih lebar untuk memudahkan manuver pesawat. Sistem radarnya menggunakan active electronically scanned array (AESA) yang dikontrol oleh komputer dan bisa diarahkan ke berbagai titik yang berbeda tanpa harus memutar antena.

2. Kapal penghancur misil tipe 055

Kapal penghancur atau penyapu misil tipe 055 dibuat oleh Dalian Shipbuilding Industry Company dan Changxingdao-Jiangnan Shipyard. Biaya pembuatannya mencapai 6 miliar yuan atau sekitar Rp 11,9 triliun. Kapal ini memiliki helipad dan bisa mengangkut dua helikopter ukuran medium.

Kapal dengan panjang 180 meter ini memiliki kapasitas angkut hingga 13 ribu ton. Ada empat turbin dengan tenaga gas yang menghasilkan listrik 112 Megawatt yang menggerakkan mesin kapal.

Persenjataan utama dari kapal penghancur ini adalah 112 rudal yang disimpan di dalam sel peluncur vertikal. Rudal tersebut merupakan rudal yang digunakan untuk menangkal serangan misil dari pesawat jet tempur, misil dari kapal induk, misil dari pelontar rudal yang berada di darat, maupun torpedo antikapal selam.

Ada beberapa sensor yang terpasang di kapal ini, antara lain sonar, sensor elektronik pendukung dalam peperangan, dan sensor elektro optik. Kapal ini juga bisa dipasangi senapan laser elektromagnetik.

(Baca: Mengenal Helikopter Bell-412 EPI, Penjaga Pertahanan Indonesia )

3. Kapal selam bertenaga nuklir

Kapal selam milik militer Tiongkok generasi terbaru mulai mengejar teknologi kapal selam milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Kapal selam bertenaga nuklir tipe 095 digunakan untuk mengawal kapal induk dari serangan bawah laut.

Menurut Analis Pertahanan dan Kedirgantaraan, HI Sutton, kekuatan kapal selam terletak pada kemampuannya untuk bergerak dalam senyap. Seperti dilansir Forbes.com, kapal selam penyerang milik AS menghasilkan kebisingan sebesar 110 desibel sedangkan kapal selam penyerang milik Tiongkok hanya menghasilkan kebisingan sebesar 90 desibel. Kapal selam ini juga mampu mendeteksi kapal musuh dengan cepat berkat serangkaian sonar pasif.

4. Pesawat tempur FC-31

Pesawat tempur Shenyang FC-31 atau J-31 adalah pesawat tempur bermesin kembar generasi kelima. Pesawat ini diproduksi oleh Shenyang Aircraft Corporation. Nama resmi pesawat ini adalah Gyrfalcon.

Model pesawat tempur FC-31 pertama kali diperkenalkan di China International Aviation & Aerospace Exhibition 2012. Tiongkok ingin mengekspor jet tempur ini ke negara-negara yang tidak mampu membeli pesawat jet F-35 buatan Lockheed Martin, AS.

Ketika diujicoba pertama kali pada 2014 di Zhuhai Airshow, penerbangannya tidak terlalu mulus. Pengamat dirgantara menyebut pesawat tersebut boros bahan bakar dan pilot kesulitan mempertahankan hidung pesawat agar tidak menukik ke bawah.

Pesawat ini disempurnakan kembali pada 2015. Modifikasi mencakup stabilisator vertikal, sayap, badan pesawat, sistem pembidik optik-elektrik, dan kemampuan untuk terbang tanpa terdeteksi radar musuh (stealth). Menurut media setempat, J-31 digunakan sebagai pesawat tempur yang diluncurkan dari kapal induk.

(Baca: Mengenal Kecanggihan Pesawat CN235-220 yang Dibeli Militer Nepal)

Pesawat pengebom H-20, disebut-sebut sebagai pesawat siluman pengebom jarak jauh. (www.nationalinterest.org)

5. Pesawat pengebom H-20

Tiongkok tak mau ketinggalan dari negara-negara maju yang memiliki pesawat siluman. Pada Agustus 2018, pemerintah Tiongkok mengumumkan ada perkembangan signifikan dari proyek pesawat siluman H-20. Pesawat ini dinilai menjadi lompatan besar dari pesawat pengebom H-6K yang merupakan pesawat pengebom strategis jarak jauh.

Xian Aircraft Industrial Corporation adalah perusahaan yang mengembangkan pesawat ini. Para pengamat militer memprediksi H-20 akan beroperasi mulai 2020 tetapi ada juga yang memperkirakan pesawat ini akan meluncur pada 2025. Saat ini baru tiga negara di dunia yang memiliki pesawat siluman pengebom jarak jauh, yakni AS, Rusia, dan Tiongkok.

Reporter: Destya Galuh Ramadhani (Magang)