Matang Kaladan tampil menjadi destinasi wisata primadona di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Kehadiran tempat rekreasi ini mampu membuat warga lokal menjadi semakin kreatif dalam menggerakkan roda perekonomian desanya.
Arbani selaku Kepala Desa alias Pembakal Desa Tiwingan Lama menuturkan, ada banyak pihak yang terpapar dampak positif dari kehadiran wisata Matang Kaladan.
“Orang buka warung di sana. Lalu, kalau ke atas itu harus naik ojek atau jalan kaki, tidak bisa naik mobil. Jadi, kelompok ojek yang urus. Dan Pemerintah Desa jadi punya kas desa, serta warganya bisa mandiri dengan penghasilan yang dimiliki,” kata Arbani.
Dampak psikologis juga muncul berkat Matang Kaladan, yakni warga Tiwingan Lama menjadi lebih terbuka kepada pendatang dari luar desanya. Bahkan, mereka sampai memutar otak agar destinasi wisata alam di atas bukit ini semakin ramai pengunjung.
Arbani menyatakan, Matang Kaladan sangat membantu Tiwingan Lama dalam mengentaskan kemiskinan melalui perbaikan akses kesehatan dan pendidikan. Pasalnya, objek rekreasi alam ini mampu menyumbang sedikitnya Rp 35 juta terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes).
Berkat Matang Kaladan pula, generasi muda Desa Tiwingan Lama bisa mendapatkan bantuan untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Setiap tahunnya dianggarkan santunan sosial sebesar Rp 150 juta. Rinciannya beasiswa kuliah Rp 500 ribu per triwulan, Rp 150 ribu sekali rawat jalan, dan Rp 200 ribu untuk program PAUD per bulan.
“Dulu, sebelum ada wisata, pada 2014, kami tergolong desa tertinggal. Sekarang, kami sudah bisa jadi Desa Berkembang. Pesat sekali,” imbuhnya.
Matang Kaladan menjadi destinasi wisata andalan di Kabupaten Banjar. Pengoperasiannya berdasarkan Surat Keterangan Kepala Desa Tahun 2016 yang kemudian dijalankan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Riam Kanan. Inovasi berkonsep desa wisata ini mereplikasi gagasan serupa yang diterapkan Desa Kalibiru, Yogyakarta.
Ketua Pokdarwis Pesona Riam Kanan, Julfani, menjelaskan Matang Kaladan mendapatkan penyertaan modal dari BUMDes Tiwingan Sejahtera pada tahun ini sebanyak Rp 72 juta. Selain itu, mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Banjar dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Di objek wisata ini terdapat berbagai fasilitas seperti empat gazebo, 18 spot foto, warung kuliner, dan penginapan.
Dari Matang Kaladan, pengunjung bisa melihat beberapa pulau kecil di Waduk Riam Kanan yang masih masuk wilayah Tiwingan Lama. Tampak pula Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Riam Kanan, Bukit Alimpung, Bukit Atawang, dan Pulau Rusa.
Keberadaan wisata Matang Kaladan telah menghadirkan dampak yang nyata bagi masyarakat. Hamdi, warga yang bekerja sebagai pemandu wisata sekaligus pemilik warung mengatakan, objek wisata ini mampu mengubah hidupnya. Ia kini bisa memiliki penghasilan tetap.
“Saya bisa memiliki pendapatan Rp 6 juta per bulan dari warung dan Rp 3,2 juta per bulan dari spot foto,” ucap pria yang juga menjadi anggota Pokdarwis Pesona Riam Kanan.
Ada pula sekretaris Kelompok Pengojek Matang Kaladan yang turut merasakan manfaat, namanya Syam Ani. Matang kaladan membuatnya memiliki pekerjaan tambahan. “Dulu, saya itu buruh bangunan dan bekerja menambak ikan di waduk. Sekarang kerjaan bertambah jadi tukang ojek. Saya bisa dapat Rp 700 ribu per minggu dari ojek,” tuturnya.
Menurut Kepala Desa Tiwingan Lama Arbani, guna menjaga manfaat dari keberadaan wisata Matang Kaladan, Pokdarwis bersama BUMDes akan membuat paket rekreasi yang menggabungkan beberapa aktivitas wisata. “Jadi, kami akan butuh banyak kolaborasi dan bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat perihal perizinan dan pemasaran,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Banjar melihat eksistensi Matang Kaladan layak menjadi contoh bagi daerah lain yang hendak mengembangkan diri sebagai desa wisata. Aspihani selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa berpendapat, masih banyak pekerjaan rumah untuk menyempurnakan pengelolaan destinasi rekreasi alam ini.
“Kami mendukung dengan memfasilitasi penyelesaian masalah, salah satunya izin lahan yang kini sedang kami perjuangkan,” ujar Aspihani.
Sementara itu, Bupati Banjar Khalilurrahman melihat Matang Kaladan sebagai pemantik bagi desa untuk menggunakan Dana Desa secara efektif dan efisien. Dengan demikian, terwujud penguatan ekonomi serta peningkatan pembangunan SDM secara terarah di desa.
“Harapan kami, dengan semangat yang sangat besar ini dapat menular ke desa lain, sehingga target saya ke depan dapat membuat satu desa memiliki satu inovasi,” ujarnya.
Replikasi Inovasi: Mengoptimalkan Wisata Alam untuk Kemandirian Ekonomi Desa