Menawarkan Persawahan Sebagai Atraksi Wisata

Katadata
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
13/12/2019, 14.45 WIB

Desa Pulutan yang berlokasi di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta, perlahan beranjak dari ketertinggalan. Pada 2016 Desa Pulutan masih menyandang predikat desa tertinggal namun pada 2018 statusnya naik menjadi desa maju.

“Menjadi desa maju pada 2018 berkat pompa air bawah tanah, membuat warga lebih mudah untuk bertani,” ujar Kepala Desa Pulutan Agus Darmanta.

Keberadaan pompa air pada 2017 mampu mengubah lahan yang tandus menjadi persawahan hijau. Dengan bantuan saluran irigasi, sebanyak 200 rumah di enam dusun dan 47 hektare sawah bisa mendapatkan pasokan air.  Kini, Desa Pulutan tak lagi mengalami krisis air.

Badan usaha milik desa (BUMDes) kemudian mengembangkan program mina padi. Genangan air di sela-sela padi diisi dengan budidaya ikan. Mekanisme ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil sawah karena bisa membudidayakan dua hal secara bersamaan. Selain itu, persawahan dijadikan sebagai tempat rekreasi alam yang diberi nama wisata ‘Lembah Desa’.

Direktur Bumdes Maju Mandiri Wartono berpendapat, wisata alam di Desa Pulutan berbeda dibandingkan dengan desa lain. “Mina padi bisa menjadi daya tarik karena di dalamnya (sembari) bisa melakukan edukasi bertani dan budidaya ikan air tawar,” ujarnya.

Berbekal penyertaan modal dari Dana Desa sebesar Rp 140 juta, Desa Pulutan menawarkan wisata ‘Lembah Desa’ yang dilengkapi sejumlah fasilitas. Antara lain gazebo, area parkir, dan toilet. Di areal tersebut juga ada sejumlah pedagang yang menjajakan makanan dan minuman. Karena baru beroperasi BUMDes Maju Mandiri belum mengenakan retribusi.

“Sekarang, kami akan fokus mengembangkan wisata. Arah ke depan, akan ada perbaikan jalan karena banyak orang bersepeda sore hari di sini, dan juga mau membuat arena outbond. Akan ada pula paket wisata edukatif untuk anak sekolah,” ucap Wartono.

Dampak positif kehadiran ‘Lembah Desa’ ikut dirasakan warga Pulutan. Sunaryati salah satunya. Dia adalah pemilik warung di Lembah Desa yang merasakan kenaikan pendapatan sejak berjualan di area wisata.

“Dulu pemasukan saya itu bisa sampai minus karena jualan di rumah, jadi banyak yang berutang sama saya. Sekarang karena banyak pengunjung dan sedikit yang berutang, pemasukkan saya bisa Rp 400 ribu sampai 500 ribu per hari saat sepi dan saat hari libur bisa Rp 700 ribu sampai 800 ribu,” tuturnya.

Wening, warga Desa Pulutan yang juga menjadi pengelola ‘Lembah Desa’ bercerita menjelaskan, program mina padi di desanya merupakan hasil transfer ilmu dari Teknik Legowo 21. Pembelajaran yang diperoleh bahwa budidaya ikan dan padi pada lahan yang sama mampu menghasilkan padi lebih banyak dan berkualitas.

“Dulu yang mulai cuma dua orang, tadinya mereka mendapat tujuh karung padi lalu bisa 9,5 karung. Kalau sekarang sudah ada 47 bedeng,” tutur Wening.

Manfaat lain mina padi ialah tidak perlu lagi menggunakan pupuk kimia melainkan memakai pupuk kandang karena berfungsi pula sebaga pakan ikan. Alhasil, padi yang dipanen lebih bernilai tambah karena bebas pestisida serta menghasilkan banyak ikan.

Menurut Bupati Gunungkidul Badingah, wisata ‘Lembah Desa’ di Desa Pulutan merupakan program inovasi yang tepat. “Manfaatnya banyak, khususnya pengembangan SDM. Mereka terlatih melakukan perencanaan yang baik serta pelaksanaan yang efektif,” ujarnya. Objek rekreasi alam tersebut sejalan dengan prioritas Kabupaten Gunungkidul untuk menjadi tujuan wisata di DIY. 

Replikasi Inovasi: Memberdayakan Persawahan untuk Pariwisata