Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bakal segera menyelesaikan persoalan yang membelit PT Asuransi Jiwasraya. Jokowi menyatakan, Erick sudah punya cara untuk menangani permasalahan itu.
Namun, ia enggan membeberkan langkah yang bakal ditempuh Erick untuk mengatasi persoalan Jiwasraya. “Saya kira akan diselesaikan Menteri BUMN. Saya sudah diberi tahu tahapannya,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, hari ini (2/12).
Kemelut Jiwasraya berawal ketika perusahaan menunda pembayaran klaim produk Saving Plan Rp 802 miliar pada Oktober 2018. Produk ini disalurkan melalui beberapa bank seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank QNB Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank KEB Hana, PT Bank Victoria Tbk, dan PT Bank Standard Chartered Indonesia.
(Baca: Soal PMN Jiwasraya, Kemenkeu Tak Ingin 'Menggarami Laut')
Dalam surat yang beredar kala itu, Jiwasraya menyatakan pemenuhan pendanaan untuk pembayaran masih diproses. Perusahaan pun menawarkan pemegang polis untuk memperpanjang jatuh tempo (roll over) hingga satu tahun berikutnya.
Selang setahun, masalah yang dihadapi Jiwasraya justru kian pelik. Pada Kamis (8/11), Jiwasraya menyampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa perusahaan butuh dana Rp 32,98 triliun. Ini demi memperbaiki permodalan sesuai ketentuan minimal yang diatur Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau risk based capital (RBC) 120%.
Hal tersebut terungkap dalam salinan dokumen Jiwasraya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR. Dokumen tersebut juga menunjukkan, modal atau ekuitas Jiwasraya per September 2019 negatif Rp 23,92 triliun. Adapun rapat antara DPR dan Jiwasraya itu digelar tertutup.
(Baca: Kemelut Jiwasraya, Pengamat Asuransi Lihat Banyak Jalan untuk Selamat)
Erick sendiri telah berjanji bahwa masalah Jiwasraya menjadi salah satu fokus utamanya sebagai Menteri BUMN. Ia menyebut pemerintah telah menyiapkan tiga strategi untuk memperbaiki likuiditas perusahaan asuransi jiwa itu. Salah satunya, membentuk anak usaha, PT Jiwasraya Putra.
Pendirian anak usaha Jiwasraya bernama Jiwasraya Putra merupakan kerja sama Jiwasraya dengan tiga BUMN lainnya. Jiwasraya memegang 64% saham. Lalu, BTN memiliki lebih dari 20%, PT Telkomsel 13%, serta PT Pegadaian dan PT Kereta Api Indonesia untuk 3% sisanya.
(Baca: BUMN Masih Kaji Opsi Penyelamatan Jiwasraya, Target Selesai Desember)
Strategi kedua yang akan diterapkan adalah pembentukan holding asuransi. Bahana yang digadang-gadang menjadi induk usaha diharapkan dapat memberikan suntikan kepada Jiwasraya dengan menerbitkan obligasi subordinasi atau mandatory convertible bond (MCB).
Surat utang tersebut nantinya akan dibeli oleh BUMN lain. Skema ini diperkirakan dapat menghasilkan likuiditas Rp 7 triliun untuk likuiditas dan solvabilitas Jiwasraya.
Adapun solusi lainnya atau strategi ketiga, mencakup kerja sama bisnis reasuransi melalui produk finansial reinsurance (Finre). Melalui aksi korporasi ini, Jiwasraya diproyeksi memperoleh penerimaan Finre sebesar Rp 1 triliun yang ditargetkan terealisasi pada Desember 2020.
(Baca: Kementerian BUMN Soroti Investasi Jiwasraya di Saham Gorengan)