Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyatakan Premier Oil telah memiliki calon mitra dari Rusia untuk mengelola Blok Tuna. Biarpun begitu, perusahaan migas asal Inggris tersebut belum menyebutkan jumlah hak partisipasi yang bakal dilego ke mitra baru.
Pasalnya, Premier Oil harus memperpanjang masa eksplorasi terlebih dahulu sebelum memiliki mitra baru. Hingga kini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif belum memperpanjang masa eskplorasi Premier Oil di Blok Tuna.
"Dia minta extension dulu, kalau dari kami sih sudah oke, tinggal dari Pak Menteri saja. Setelah extension, partner-nya masuk," kata Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman saat ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (27/11).
Lebih lanjut, Fatar menyebut Premier Oil harus memiliki mitra untuk mengelola Blok Tuna. Pasalnya, lokasi Blok Tuna berdekatan dengan perbatasan China Selatan yang beresiko tinggi.
(Baca: Mitra di Blok Tuna Hengkang, Premiere Oil Cari Pengganti)
"Kalau dia sudah berani mengebor, ya berarti negara lain di sekitar sana juga ikut mengebor," kata Fatar
Adapun, Blok Tuna memiliki dua lapangan migas yakni Singa Laut dan Kuda Laut. Sebelum komposisi hak partisipasi berubah, Premier Oil mendapatkan hak kelola sebesar 65% dari pemerintah pada Maret 2017. Sisanya dipegang oleh Mitsui sebesar 25% dan GS Energy sebanyak 15%.
Di sisi lain, Premier Oil juga telah menandatangani MoU penjualan gas Blok Tuna kepada perusahaan migas asal Vietnam yaitu Petrovietnam. Penandatanganan MoU dilakukan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2017 di Da Nang, Vietnam.
Selain mengembangkan Blok Tuna, Premiere Oil tengah mengembangkan Blok Andaman II dan Natuna Sea Block A. Rencananya, Premier Oil bakal mengebor sumur Blok Andaman II pada 2021 mendatang.
(Baca: Proyek Kedung Keris Beroperasi, Produksi Blok Cepu Bisa 220 Ribu BOPD)