Ekonom Senior Faisal Basri menanggapi soal wacana penempatan penempatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi direktur atau komisaris di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurutnya, Ahok tidak bisa dilepas sendirian mengemban tugasnya, melainkan didampingi tim pendukungnya untuk menghadapi tekanan internal.
"Orang hebat bisa jadi tersandera kalau sistemnya sudah berat. Jadi, jangan dijerumuskan Ahok sendiri di satu tempat, harus ada tim," kata Faisal sausai diskusi PAS FM di Jakarta, Rabu (21/11).
Menurut Faisal, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut akan memiliki kinerja yang bagus apabila juga didukung oleh jajaran direksi BUMN yang akan dijabatnya.
(Baca: Stafsus BUMN sebut Ahok Bisa Rangkul Karyawan Pertamina)
Sebaliknya, Ahok tidak akan memiliki performa kinerja yang baik jika terus diganjal dengan persoalan internal, seperti tidak adanya dukungan dari jajaran dalam perusahaan. Oleh sebab itu, keberadaan Ahok dalam BUMN harus disertai dengan tim pendukungnya.
"Ahok itu bukan malaikat, tetapi roh Ahok bisa menjadi motor perubahan. Tapi itu juga tidak cukup, syarat perlunya harus dipenuhi," kata Faisal.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan akan secepatnya menetapkan posisi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atau paling lambat awal Desember 2019.
"Segera mungkin, awal Desember," kata Erick Thohir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, menanggapi pertanyaan kapan posisi untuk Ahok ditetapkan.
(Baca: Ada Penolakan dari SP Pertamina, Ahok: Hidup Kok Ditolak Terus )
Ahok sebelumnya diisukan bakal menempati jabatan strategis, salah satunya di perusahaan minyak dan gas (migas), PT Pertamina (Persero).
Namun, Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menolak apabila Ahok masuk menjadi direksi atau komisaris Pertamina.
Presiden FSPPB Arie Gumilar menyebut, penolakan itu dikarenakan rekam jejak dan perilaku Ahok yang selalu membuat keributan dan kegaduhan dimana-mana hingga seringkali berkata kotor.