Usai Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok menyambangi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hari ini, Senin (18/11) giliran bekas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupasi (KPK) Chandra Hamzah yang bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
Dia datang sekitar pukul 08.30 WIB dengan berjalan kaki. Saat ditanya, Chandra tidak banyak bicara. "Ngopi-ngopi saja kok," katanya sambil berlalu di Lobi Kementerian BUMN.
Chandra pernah menjabat sebagai Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan serta Bidang Informasi dan Data pada periode 2007-2011. Dia sempat dipolisikan pada 2009, bersama Bibit Samad Rianto dalam kasus yang kala itu ramai diperbincangkan dan dilabeli Cicak vs Buaya.
Chandra bukan orang asing di lingkungan Kementerian BUMN. Pasalnya, pada Desember 2014, dia pernah menduduki jabatan sebagai Komisaris Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN.
(Baca: Nama Ahok Mencuat, Pernahkah BUMN Strategis Dipimpin Dirut Non-Teknis?)
Belum genap satu tahun menjabat posisi tersebut, dia ditunjuk menjadi Komisaris Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) pada September 2015.
Namun, Chandra menolak jabatan tersebut. Dia beralasan masa jabatannya di PLN masih terbilang sebentar, sehingga belum maksimal menyelesaikan sejumlah pekerjaan, termasuk proyek pembangkit listrik 35 giga watt (GW).
Seperti diketahui, sebelumnya Ahok bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir pada Rabu (13/11) di kantor Kementerian BUMN. Ahok mengatakan bahwa dia diminta Erick untuk menduduki jabatan di salah satu perusahaan plat merah.
"Intinya kami bicara soal BUMN dan saya mau dilibatkan di salah satu BUMN. Jabatannya apa dan BUMN mana, saya tidak tahu," kata Ahok usai bertemu Erick.
(Baca: Jokowi Sebut Ahok Berpeluang Jabat Direksi atau Komisaris BUMN)
Usai pertemuan itu, Ahok disebut-sebut bakal menjadi komisaris di Pertamina. Merespons kabar tersebut, serikat pekerja Pertamina yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menolak bila Ahok menjadi pimpinan lembaga tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir memiliki alasan khusus menawarkan Ahok sebagai petinggi di perusahaan pelat merah. Erick membutuhkan figur yang menjadi pendobrak di BUMN.
"Kami harapkan ada perwakilan yang memang punya track record pendobrak. Tidak artinya salah dan benar, tapi untuk mempercepat hal-hal yang sesuai arahan," kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (14/11).
(Baca: Erick Thohir Janji Tak Rombak Direksi BUMN yang Kinerjanya Bagus)