UGM Berjuang 9 Tahun Usulkan Sardjito Jadi Pahlawan Nasional

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ahli waris memegang plakat gelar pahlawan nasional saat penganugerahan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Penulis: Antara
Editor: Yuliawati
8/11/2019, 17.25 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11). Mereka yang mendapat gelar pahlawan yakni Abdul Kahar Mudzakkir, Alexander Andries (AA) Maramis, KH Masjkur, M Sardjito, Ruhana Kuddus, dan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi.
 
Pengusulan tokoh pahlawan ini melalui proses yang panjang. Universitas Gadjah Mada (UGM) membutuhkan waktu sembilan tahun atau sejak 2010 untuk memperjuangkan Sardjito meraih gelar pahlawan.

"Pada Juli 2012 sudah ada surat pengusulan," kata salah satu anggota tim pengusul, Sutaryo, hari ini, dikutip dari Antara.

(Baca: Diawali Mengheningkan Cipta, Jokowi Beri 6 Tokoh Gelar Pahlawan )

Sardjito merupakan rektor pertama UGM pada 1950-1961, lalu menjabat sebagai rektor di UII pada 1961-1970. Selama ini, nama Sardjito juga telah diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di Yogyakarta.

Sardjito juga dianggap sebagai peletak Pancasila sebagai dasar perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pendiri Palang Merah Indonesia (PMI) dan banyak meneliti obat-obatan bagi rakyat maupun pejuang kemerdekaan. "Aktif di sosial, budaya, perdamaian dan seni rupa juga," kata Sutaryo.

Budhi Santoso, salah satu keluarga Sardjito, merasa bahagia dengan anugerah tersebut. Mewakili keluarga, ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah berusaha secara maksimal memperjuangkan Sardjito sebagai Pahlawan Nasional.

"Ini anugerah istimewa bagi keluarga. Atas nama keluarga kami mengucapkan terima kasih kepada tim yang telah memperjuangkan pemberian gelar tersebut," kata dia.

(Baca: Kakeknya Dapat Gelar Pahlawan dari Jokowi, Anies: Prosesnya Sejak 2010)

Selain Sardjito, berikut lima tokoh lain yang mendapat gelar pahlawan di 2019:

1. Kahar Mudzakkir yang mendapatkan gelar pahlawan nasional merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pria kelahiran Kotagede, Yogyakarta pada 1908 dan wafat pada 2 Desember 1973 itu juga menjadi perintis Universitas Islam Indonesia (UII).

2. Masjkur juga merupakan anggota BPUPKI. Pria kelahiran Desa Pagetan, Singosari, Malang, Jawa Timur pada 30 Desember 1902 ini dikenal pula sebagai tokoh dan ulama dari Nahdlatul Ulama (NU). Masjkur diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Agama di tiga periode berbeda, yakni pada 1947-1949, 1949, dan 1953-1955.

3. AA Maramis merupakan tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi anggota BPUPKI dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pria kelahiran 20 Juni 1897 ini pernah menjadi Menteri Keuangan di empat periode berbeda, yakni pada 1945, 1947-1948, 1948, dan 1949.

Dia juga pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada 1948-1949. Setelahnya, AA Maramis menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia.

4. Ruhana Kuddus merupakan tokoh jurnalis perempuan pertama asal Koto Gadang, Kabupaten Agam Sumatera Barat. Dia adalah sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan membuat surat kabar Sunting Melayu yang terkenal di tahun 1970-an.

5. Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi merupakan tokoh pertama dari Sulawesi Tenggara yang mendapat gelar pahlawan. Dia merupakan Sultan Buton selama dua kali masa jabatan, yakni sultan ke-20 (1752-1755) dan sultan ke-23 (1760-1763). Ia mendapat gelar pahlawan karena kegigihannya melawan penjajah Belanda di Tanah Air. Bahkan, dia sampai harus sempat turun tahta akibat perlawanannya dulu.