Pertamina Raup Laba Rp 10,6 T hingga Kuartal III, Berpotensi Bertambah

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
SPBU di kawasan Jakarta Pusat (09/08). Laba Pertamina pada triwulan III 2019 diperkirakan sebesar US$ 753 juta atau sekitar Rp 10,6 triliun (kurs Rp 14.100/US$).
7/11/2019, 15.45 WIB

Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury menyampaikan bahwa sampai dengan kuartal III 2019, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$ 753 juta atau Rp 10,6 triliun (kurs Rp 14.100/US$).

Kendati demikian, menurut Pahala capaian tersebut bisa lebih tinggi lagi jika pemerintah telah membayarkan kompensasi atas penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan Elpiji bersubsidi sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,1 triliun.

"Jadi kurang lebih kami di kisaran US$ 1,7 miliar kalau termasuk potensi pendapatan dari kompensasi. Tapi biasanya kompensasi harus menunggu adanya audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan keputusan Menteri Keuangan," ujar Pahala saat ditemui di sela acara pameran EBTKE ConEX 2019 di Jakarta, Kamis (7/11).

(Baca: Laba Pertamina Kuartal I 2019 Capai US$ 667 Juta, 44% dari Target)

Sebagai informasi, laba Pertamina pada semester I 2019 tercatat sebesar US$ 660 juta atau sekitar Rp 9,4 triliun. Capaian tersebut naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 310 juta.

Sementara itu realisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga kuartal III tahun ini hampir 45% dari target capex tahun ini sebesar US$ 4,3 miliar. 

"Kami sampai September mendekati 45%, tapi memang biasanya akselerasi daripada capex baru mendekati akhir tahun dari total rencana kita untuk tahun ini," kata Pahala. Dia pun optimistis pada akhir tahun ini realisasi capex akan mencapai target yang dicanangkan.

(Baca: Harga Minyak Stabil, Pertamina Optimistis Laba Tahun Ini US$ 2 Miliar)

Adapun sekitar 60% dari total anggaran capex tersebut dialokasikan untuk investasi di sektor hulu. Pahala memproyeksikan realisasi investasi sektor hulu hingga akhir tahun ini akan mencapai target US$ 2,6 miliar. "Insya allah akan bisa tercapai. Biasanya Investasi kita di hulu antara 80 hingga 90 persen," ujarnya. 

Adapun proyek yang menopang untuk investasi hulu migas paling besar yakni dari proyek Pertamina Hulu Indonesia. Dari total investasi hulu US$ 2,6 miliar kurang lebih US$ 900 juta untuk pengembangan Blok Mahakam.

Di sisi lain, untuk realisasi investasi di sektor hilir. Pahala memproyeksikan hingga akhir tahun 2019 kurang lebih akan mencapai US$ 800 juta.  "Di hilir paling besar komponen di kilang," ujarnya.

(Baca: Pertamina Buka Suara Soal Kelebihan Penerimaan Penjualan BBM Premium)

Reporter: Verda Nano Setiawan