Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengomentari insiden penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Menurutnya, kejadian tersebut membuktikan bahwa radikalisme dan terorisme masih ada di Indonesia.
"Radikalisme dan terorisme masih eksis di Indonesia. Harus hati-hati," kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat (11/10).
Ia mengatakan, radikalisme bisa terjadi di mana saja. Ia pun meyakini, Wiranto merasa sangat sedih dengan apa yang terjadi. Adapun kondisi Wiranto disebutnya sudah lebih baik setelah dirawat di rumah sakit.
Wiranto diserang orang tidak di kenal di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019. Penyerangan terjadi usai peresmian Gedung Kuliah Bersama Universitas Mathla'ul Anwar di Kampus Universitas Mathla’ul Anwar, Banten.
Dari video yang beredar, tampak Wiranto berpakaian batik hijau-hitam keluar dari mobil dinas warna hitam. Wiranto hendak bersalaman dengan orang yang menunggunya. Tiba-tiba ada pria tak dikenal membawa pisau berupaya menyerang Wiranto dari arah samping kiri. Orang-orang di sekitar Wiranto langsung melindunginya. Tampak Wiranto sempat terjatuh.
Wiranto sempat dilarikan ke RSUD Berkah Pandeglang, sebelum kemudian dibawa dengan helikopter ke RSPAD Gatot Soebroto. Berdasarkan keterangan Direktur RSPAD Gatot Soebroto, Wiranto mengalami luka tusuk di perut kiri bagian bawah. Ia pun harus dioperasi.
Polres Pandeglang telah mengamankankan dua orang sebagai tersangka penyerangan tersebut. Keduanya berstatus suami istri yakni yakni Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31) dan Fitri Andriana binti Sunarto (21).
Fitri Andriana diketahui sebagai warga Desa Sitanggai, Kecamatan Karangan Kabupaten Brebes, namun saat ini berdomisili di Kampung Sawah Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Sedangkan Syahril tercatat sebagai warga Desa Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara.