Harga Minyak Dunia Naik Seiring Potensi Gangguan Pasokan

Chevron
Ilustrasi sumur minyak. Harga minyak pada Senin (7/10) atau Selasa pagi waktu Indonesia barat naik seiring kekhawatiran pasar akan terganggunya suplai minyak dunia.
Penulis: Happy Fajrian
8/10/2019, 11.15 WIB

Harga minyak dunia naik pada akhir perdagangan Senin (7/10) atau Selasa pagi (8/10) waktu Indonesia Barat. Naiknya harga minyak dipengaruhi kekhawatiran terganggunya suplai minyak dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan kondisi politik yang tidak stabil di salah satu produsen minyak, Ekuador.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka yang menjadi patokan di Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 0,61% menjadi US$ 53,07 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Desember naik 0,51% menjadi ditutup pada US$ 58,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Kondisi politik di Ekuador yang tengah menghadapi gelombang aksi demonstrasi yang memprotes kebijakan Presiden Lenin Moreno yang berencana menghapuskan subsidi bahan bakar (BBM) untuk menurunkan defisit fiskal.

(Baca: Data Tenaga Kerja AS Positif, Harga Minyak Dunia Turun Lagi)

Aksi protes ini juga menghantam produksi minyak lantaran perusahaan minyak Ekuador Petroamazonas harus menghentikan produksi di tiga lapangan minyak miliknya yang ‘diambil alih’ oleh ‘individu yang tidak berafiliasi dengan operasional perusahaan’, seperti dijelaskan Kementerian Energi Ekuador.

Perhatian pelaku pasar juga kini beralih ke perlambatan ekonomi global serta perkembangan perundingan dagang AS-Tiongkok yang berpotensi mencapai kesepakatan pekan ini. Perdana Menteri Tiongkok Liu He akan melanjutkan proses perundingan tersebut di Washington DC, AS, pekan ini.

Namun kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global telah membuat pelaku lindung nilai dan manajer investasi menjual kontrak pembelian minyak mentah yang setara 96 juta barel minyak pada pekan yang berakhir 1 Oktober 2019.

Seperti diberitakan Reuters, manajer investasi telah menjual total kontrak 111 juta barel minyak selama dua pekan terakhir, membatalkan pembelian 144 juta barel minyak pada dua pekan sebelumnya yang berbarengan dengan terjadinya serangan di fasilitas minyak milik Saudi Aramco.

(Baca: Harga Minyak Indonesia Anjlok ke Level US$ 57,27/Barel pada Agustus)

Namun produksi minyak mentah oleh negara anggota OPEC mencatatkan penurunan bulanan tertajam dalam 17 tahun terakhir pada September 2019 sehingga berdampak pada turunnya pasokan minyak global.

Produksi minyak OPEC bulan lalu merosot 1,48 juta barel per hari (bph) dari Agustus menjadi 28,45 juta barel per hari, karena terbebani oleh serangan terhadap fasilitas pengolahan minyak Abqaiq Arab Saudi dan ladang Khurais, serta sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.