Bambang Soesatyo, Mantan Wartawan yang Berjaya di Senayan

ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A
Bambang Soesatyo, politisi dari Fraksi Partai Golkar, menjadi calon kuat ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Hingga Kamis (3/10) malam, Bambang telah mendapatkan dukungan dari delapan fraksi di DPR.
Penulis: Hari Widowati
4/10/2019, 07.00 WIB

Politisi dari Partai Golongan Karya (Golkar) Bambang Soesatyo terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2019-2024, Kamis (3/10) malam. Partai Gerindra, yang sebelumnya berkukuh mengajukan Ahmad Muzani sebagai calon ketua MPR, akhirnya melunak dan memberikan dukungannya kepada Bambang.

Siapa sebenarnya Bambang Soesatyo? Bagaimana kiprahnya di dunia politik dan parlemen? Pria kelahiran Jakarta, 10 September 1962 ini sudah aktif di berbagai organisasi sejak kuliah di Universitas Jayabaya. Ia pernah menjabat sebagai ketua Senat Mahasiswa Universitas Jayabaya pada 1982 dan ketua umum Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Universitas Jayabaya pada 1983-1984.

Ia berkenalan dengan dunia jurnalistik ketika dipercaya menjadi pemimpin redaksi Majalah Mahasiswa Universitas Jayabaya periode 1984-1985. Setelah lulus dari Universitas Jayabaya, Bambang menjadi wartawan Harian Umum Prioritas.

(Baca: Mayoritas Fraksi DPR Dukung Bambang Soesatyo Jadi Ketua MPR )

Bambang muda dengan cepat beralih profesi sebagai staf keuangan di PT Sistemas Media Nusantara pada 1987 lalu menjadi manajer EDP di PT Vista Yama pada 1988. Bambang kembali terjun ke dunia pers sebagai wartawan dan sekretaris redaksi di Majalah Vista pada 1989. Kemudian, ia dipromosikan menjadi manajer promosi Majalah Vista pada 1989-1992. Selain berprofesi sebagai wartawan, ia juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Keuangan Perbankan Indonesia (STEKPI) pada 1991-1992.

Kariernya terus menanjak hingga menjadi pemimpin redaksi dan direktur Harian Umum Suara Karya pada 2004. Bambang juga mulai terjun ke dunia bisnis. Ia termasuk orang yang jeli melihat peluang. Pada saat kuliah, ia mulai berdagang barang-barang kebutuhan pokok. Seperti dilansir Tribunnews, Bambang mampu mencicil mobil Volkswagen (VW) kodok yang pada waktu itu seharga Rp 600 ribu.

Bambang mulai bergabung dengan Partai Golkar pada era 1980-an sebagai anggota Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI). Ia dipercaya menjabat posisi penting sebagai pengurus pusat GM Kosgoro periode 1995-2000.

Ketika menjadi pengurus Golkar pada 2004, Bambang bertemu dengan seorang pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak mampu memperpanjang izinnya. Bambang lantas mengambil alih HPH itu. Belakangan diketahui bahwa di lahan hutan itu terdapat tambang batu bara sehingga menambah kekayaan pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut.

(Baca: Ambisi Jadi Ketua MPR, Fadel Muhammad Sudah Lobi Empat Partai)

Jadi Anggota DPR Setelah Empat Kali Gagal Nyaleg

Dalam wawancara dengan Detikcom, Bambang mengaku empat kali gagal nyaleg sebelum berhasil menjadi anggota DPR pada periode 2009-2014. Ia pertama kali maju sebagai caleg pada Pemilihan Umum (Pemilu) di era Presiden RI kedua, Soeharto. Ia mendapat nomor urut 18, jauh di bawah Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Mbak Tutut, putri Soeharto) dan Harmoko.

Ia kembali mengikuti Pemilu pada 1997 dengan nomor urut 14 dan gagal lagi. Pada 1999, Bambang mendapatkan nomor urut 4 tetapi keberuntungan belum berpihak kepadanya.

Harapan Bambang membuncah ketika ia mendapatkan nomor urut 2 dalam Pemilu 2004. Ia mengaku mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk kampanyenya. Namun, lagi-lagi ia gagal melenggang ke Senayan. Priyo Budi Santoso, kolega Bamsoet dari daerah pemilihan yang sama yang terpilih menjadi anggota DPR.

Bamsoet berhasil menjadi anggota DPR setelah pindah ke daerah pemilihan Jateng VII, yang mencakup Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen pada Pemilu 2009. Ia menjadi anggota Komisi III DPR.

Ia kembali terpilih sebagai anggota DPR periode 2014-2019 dan dipercaya menjadi ketua Komisi III DPR. Peran Bamsoet di DPR semakin besar setelah ia dipilih untuk menggantikan Setya Novanto sebagai ketua DPR pada 15 Januari 2018. Seperti diketahui, Setya Novanto (Setnov) diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua DPR karena menjadi terdakwa dalam kasus korupsi proyek KTP elektronik (e-KTP).

(Baca: Demokrat dan PKB Ajukan Nama, Ini Sepuluh Pimpinan Lengkap MPR)

Hobi Koleksi Mobil Mewah

Selain sukses sebagai pengusaha dan politisi, Bamsoet dikenal memiliki hobi unik, yakni koleksi motor gede dan mobil mewah. Nilai kendaraan yang dimilikinya mencapai Rp 18,5 miliar berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) periode 2018 seperti ditulis Moneysmart.id.

Ia memiliki motor Harley Davidson 1995 seharga Rp 100 juta. Beberapa mobil mewah yang dikoleksi adalah Rolls Royce Phantom 2011 seharga Rp 4,3 miliar, sedan Lamborghini 2012 seharga Rp 2,1 miliar, dan sedan Ferrari 2012 seharga Rp 1,8 miliar.

Ia juga disebut-sebut memiliki jet pribadi. Namun ketika dikonfirmasi awak media mengenai jet tersebut, Bamsoet mengatakan, pesawat jet itu dimiliki oleh perusahaan, bukan milik pribadi.

Selain kendaraan, Bamsoet memiliki aset berupa tanah dan bangunan di Jakarta, Bandung, hingga Klungkung, Bali senilai Rp 71,22 miliar. Harta lainnya berupa uang Rp 7,05 miliar, surat berharga Rp 120 juta, dan perhiasan senilai RP 1,07 miliar. Total kekayaan Bamsoet mencapai Rp 98,02 miliar.

(Baca: Gerindra Minta PDIP Ikhlas Berikan Kursi Ketua MPR kepada Muzani)