Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menambah kuota ekspor PT Freeport Indonesia menjadi 700 ribu ton. Kuota ekspor tersebut berlaku hingga 8 Maret 2020.
Ada pun Freeport Indonesia telah mengantongi izin ekspor konsentrat tembaga sebesar 198.282 wet ton pada Maret lalu. Dengan begitu, Freeport mendapat tambahan kuota ekspor sekitar 500 ribu ton.
"Direvisi jadi sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), totalnya menjadi 700 ribu," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/9).
Yunus pun memastikan tambahan izin ekspor tersebut sudah dikeluarkan oleh Kementerian ESDM. Dengan begitu, Freeport dapat mendorong ekspor lantaran adanya optimalisasi tambang terbuka. Meski begitu, ia mengatakan total produksi tambang Grasberg Freeport tahun ini tidak berubah, yaitu 1,2 juta ton konsentrat tembaga.
Terkait penambahan kuota ekspor tersebut, Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama irit berkomentar. "Saya cek dulu," ujar Riza ke Katadata.co.id pada Jumat (13/9).
(Baca: Freeport Ajukan Tambahan Produksi 300 Ribu Ton Konsentrat)
Pemberian tambahan kuota tersebut sebenarnya lebih tinggi dari kuota ekspor yang diajukan Freeport Indonesia. Sebelumnya pemerintah menyebut Freeport Indonesia meminta tambahan kuota ekspor sebesar 200 ribu hingga 300 ribu ton.
Berdasarkan laporan Freeport Mc Moran, Freeport Indonesia telah memproduksi 7.400 metrik ton bijih per hari pada kuartal I 2019, sedangkan untuk kuartal II diperkirakan naik menjadi 15 ribu metrik ton bijih per hari.
Untuk ekstraksi bijih di Zona Tingkat Penggalian Dalam (DMLZ) rata-rata 7.700 metrik ton bijih per hari pada kuartal kedua 2019 dan diperkirakan akan meningkat hingga 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019.
Produksi Freeport Indonesia bakal semakin besar seiring pengoperasian tambang bawah tanah. Ekspansi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah diharapkan dapat mempercepat laju produksi dari rata-rata 30 ribu metrik ton bijih per hari pada 2020 menjadi 130.000 metrik ton bijih per hari. Freeport Indonesia diperkirakan mengeluarkan biaya rata-rata US$ 0,7 miliar per tahun pada periode 2019-2022, untuk pengembangan tambang bawah tanahnya.
(Baca: Freeport Targetkan Konstruksi Smelter di Gresik Dimulai Tahun Depan)