Presiden ketiga RI BJ Habibie wafat kemarin, Rabu (11/9), pada pukul 18.05 WIB. Ia meninggal ketika menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Usinya 83 tahun. Semasa hidupnya, ia merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh, terutama di bidang kedirgantaraan.
Kiprahnya sebagai Bapak Teknologi tidak diragukan lagi. Ia melalang buana dalam dunia penerbangan hingga berhasil menemukan teori yang dinamakan Teori Habibie atau Crack Progession Theory.
Teori itu menjelaskantitik awal retakan pada sayap dan badan pesawat untuk meminimalkan risiko kecelakaan. Dampaknya, pesawat dapat bermanuver lebih aman dan tak perlu lagi menambah beban kontruksi sebagaimana teori sebelumnya.
Selain teori, Habibie juga meciptakan banyak karya berupa pesawat yang diantaranya R80 hingga Dornier Do 31. Bahkan sebelum wafat pun, Habibie masih bersemangat membicarakan pesawat yang dirancangnya agar dapat mengudara di langit Indonesia.
(Baca: Kenang Habibie, SBY: Kita Kehilangan Bapak Reformasi dan Demokrasi)
Pesawat R80
Pesawat R80 merupakan satu dari banyak karya Habibie yang mulai dirakit tahun ini. Rencananya pesawat ini akan diproduksi massal pada 2025 mendatang. Pesawat ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang PSN.
Pesawat R80 dirancang dengan teknologi terbaru dan super canggih dengan tingkat keamanan tinggi bagi penumpang. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.
Pesawat R80 dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan perusahaan dalam bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Selain itu keunggulan dari R80 lebih irit bahan bakar.
Komisaris RAI Ilham Habibie, anak sulung BJ Habibie, mengatakan pesawat bermesin baling-baling atau turboprop ini bahan bakarnya lebih irit hingga 20% dibandingkan pesawat bermesin jet.
Dikutip dari CNNIndonesia.com, pesawat R80 mampu mengangkut 80-90 penumpang dengan dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5 meter dan tinggi 8,5 meter. Pesawat ini juga dapat melesat dengan kecepatan maksimal 330 knots atau sekitar 611 kilometer per jam.
(Baca: Jokowi Ajak Masyarakat Doakan Mendiang BJ Habibie)
Pesawat N250
Pesawat N250 merupakan pesawat karya anak bangsa yang pertama lahir di Indonesia dengan dipimpin langsung oleh Habibie. Pesawat ini kerap dikenal sebagai N250 Gatot Kaca yang merupakan pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Selain itu, pesawat berkapasitas 50 penumpang ini dinilai cukup canggih hingga 30 tahun ke depan dan berhasil melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.
N250 Gatot Kaca pertama kali diumumkan pengembangannya pada 1989 di ajang Paris Airshow. Tiga tahun kemudian purwarupa dari pesawat ini dibangun dan mengudara pertama kalinya pada Agustus 1995.
Pada periode tersebut model pesawat lebih dikembangkan ke kapasitas yang lebih besar, yaitu N250-100 dan N270. Adapun purwarupa kedua yaitu pesawat N250-100 diuji untuk terbang pada 1997. Namun pengembangan ini sempat terhenti karena adanya krisis moneter pada 1997.
Ketika sakit, Habibie masih mampu bicara selama dua jam kepada keponakannya, Rusli Habibie mengenai mimpinya untuk mewujudkan N250 agar dapat mengudara. “Pak Habibie terakhir bicara sama saya tentang pesawat N250 sampai dua jam. Beliau sangat sedih, ingin rencana itu terwujud,” ucap Rusli di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, kemarin.
(Baca: Media Asing Marak Mengabarkan Wafatnya BJ Habibie)
Transall C-160, Salah Satu Model C-130 Hercules
Habibie juga ikut berkontribusi dalam merancang pesawat angkut militer Transall C-160 yang merupakan salah satu model dari C-130 Hercules. Sebagaimana namanya, pesawat ini bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia.
Pesawat tempur ini pun memiliki empat turboprop sayap tinggi (high wing) dan mampu mendarat serta lepas landas dari runaway yang pendek.
C-130 Hercules mulanya digunakan sebagai pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran. Peran tersebut termasuk pasukan lintas udara, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara.
Hingga saat ini, telah ada lebih dari 40 model pesawat Hercules termasuk beberapa model gunship yang digunakan di lebih dari 50 negara.
(Baca: Mengenang BJ Habibie dan Persembahan Terakhir untuk Ainun)
Kontribusi dalam Dornier Do 31
Bapak teknologi ini pun juga memberikan andil dalam melahirkan pesawat Do 31. Pesawat ini merupakan jet transportasi eksperimental vertical take-off and landing (VTOL) dari Jerman Barat yang dibangun oleh Dornier.
Do 31 dirancang untuk memenuhi spesifikasi NATO (BMR-4) sebagai pesawat bantuan taktis untuk pesawat strike serangan VTOL VJ EWR 101 dirancang di bawah kontrak NATO dari BMR-3. Namun, proyek ini dibatalkan pada 1970 lantaran tingginya biaya, adanya masalah teknis, dan perubahan persyaratan.