Harga minyak dunia kembali anjlok pada perdagangan Rabu (11/9) atau Selasa waktu Amerika, setelah Presiden AS Donald Trump memecat penasehat keamanan nasional John Bolton, yang kerap bersikap keras terhadap Iran. Pemecatan Bolton menimbulkan berbagai spekulasi pasar bahwa ekspor minyak mentah Iran akan meningkat, hingga menyebabkan harga minyak tertekan.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent menetap di US$ 62,38 per barel, merosot 21 sen. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 45 sen, atau 0,8% ke level US$ 57,40 per barel.
Pada perdagangan pasca-penutupan, harga minyak sempat berangsur naik, setelah data industri menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS.
Kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan, stok minyak mentah AS turun 7,2 juta barel pekan lalu, melebihi ekspektasi analis yang menaksir penurunan 2,7 juta barel.
(Baca: Harga Minyak Menguat 2% Dipicu Rencana Pemangkasan Produksi Arab Saudi)
Trump memecat Bolton di tengah berbagai tantangan penanganan kebijakan luar negeri terkait Korea Utara, Iran, Afghanistan dan Rusia.
"Pasar menganggap itu sebagai tanda bahwa pemerintah Trump menjadi kurang hawkish terhadap Iran, membuka kemungkinan kembalinya ekspor minyak Iran," kata seorang analis di Price Futures Group.
Seperti diketahui, ekspor minyak mentah Iran dipangkas lebih dari 80% karena sanksi yang kembali diberlakukan Amerika Serikat setelah keluarnya Negeri Paman Sam dari perjanjian nuklir pada 2015 beserta beberapa negara.
Pada Mei 2019, AS mengakhiri keringanan sanksi yang diberikan kepada importir minyak Iran, dengan tujuan memotong ekspor Teheran menjadi nol.
Di sisi lain, pasar semakin tertekan oleh Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menurunkan perkiraan harga minyak mentah spot, kata Bob Yawger, dalam laporan bulanan terbarunya bertajuk 'Short Term Energy Outlook'.
EIA juga mengurangi perkiraan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate pada 2019 menjadi rata-rata US$ 56,31 per barel dari US$ 57,87 dan harga spot Brent menjadi rata-rata US$ 63,39 per barel dari US$ 65,15 per barel.
(Baca: Harga Minyak Terkerek Dipicu Komitmen Pemangkasan Produksi Minyak OPEC)
Sebelumnya, harga minyak sempat dibuka lebih tinggi di awal sesi setelah Pangeran Abdulaziz bin Salman, menteri energi baru Arab Saudi dan anggota lama delegasi Saudi untuk OPEC dan sekutunya, menyatakan komitmennya untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1 juta barel per hari, turun 100.000 barel per hari. Namun, pertumbuhan permintaan pada 2020 secara keseluruhan kemungkinan tidak berubah di kisaran 1,4 juta barel per hari.
"Prospek permintaan-pasokan minyak kami untuk 2020 menyerukan pemotongan produksi OPEC tambahan untuk menjaga persediaan mendekati normal," ujar analis Goldman dalam sebuah catatan.