Harga minyak dunia naik sekitar 2% pada perdagangan Selasa (10/9). Penguatan ini dipicu oleh komitmen Menteri Energi Arab Saudi yang baru, Pangeran Abdulaziz bin Salman terkait kebijakan negaranya yang akan membatasi produksi minyak mentah untuk menjaga harga.
Pangeran Abdulaziz, yang merupakan putra Raja Arab Saudi Salman dan anggota lama delegasi Saudi untuk Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ia dilantik hari Minggu lalu (8/9) menggantikan Khalid al-Falih.
"Pengumuman di akhir pekan tentang perubahan kepemimpinan dalam kementerian perminyakan Saudi disertai saran kuat bahwa pembatasan produksi akan terus berlanjut sampai pasar mencapai keseimbangan yang lebih baik," kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, dalam sebuah catatan, seperti yang dikutip dari Reuters.
(Baca: Harga Minyak Dunia Berbalik Turun Setelah Tiga Hari Naik)
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik US$ 1,05, atau 1,7%, menjadi US$ 62,59 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,33, atau 2,4%, menjadi US$ 57,85 per barel pada perdagangan hari ini, atau Senin waktu setempat.
Pangeran Abdulaziz mengatakan pilar kebijakan Arab Saudi tidak akan berubah. Sesuai kesepakatan global, pemangkasan produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari akan tetap dilanjutkan. Aliansi OPEC dan negara-negara non-anggota termasuk Rusia yang biasa dikenal OPEC+ akan bertahan untuk jangka panjang.
Produksi minyak Rusia pada Agustus melampaui kuota berdasarkan perjanjian OPEC +. Sedangkan, produksi minyak OPEC pada Agustus naik untuk bulan pertama tahun ini lantaran pasokan yang lebig tinggi dari Irak dan Nigeria, melebihi pembatasan yang dilakukan Arab Saudi akibat sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran.
Pada Minggu lalu, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan OPEC dan produsen non-OPEC "berkomitmen" untuk mencapai keseimbangan pasar minyak.
(Baca: Harga Minyak Turun Seiring Kekhawatiran Melemahnya Ekonomi Global)
Mazrouei mengatakan, ketegangan perdagangan dan geopolitik mempengaruhi pasar. Beberapa Eksekutif di Konferensi Perminyakan Asia Pasifik tahunan memperkirakan harga minyak tahun ini akan tertekan oleh ketidakpastian ekonomi global, perang perdagangan AS-Tiongkok dan meningkatnya pasokan AS.
Di tempat lain, impor minyak mentah Tiongkok naik sekitar 3% per Agustus dibandingkan bulan sebelumnya di tengah surplus produksi minyak dan permintaan yang terus mengalir.
Namun, pembelian minyak Iran oleh Tiongkok justru dikhawatirkan Wakil Sekretaris Departemen Energi AS. Amerika Serikat tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir yang telah dilakukan kekuatan dunia dengan Iran pada 2015, dan menerapkan kembali sanksi untuk mencekik perdagangan minyak, sebagai komoditas penting bagi Iran.