Spider Man, Sosok Superhero yang Diperebutkan Sony, Disney dan Marvel

ANTARA FOTO/REUTERS/Danny Moloshok
Sebuah balon raksasa spiderman terlihat di atas karpet merah di sepanjang Hollywood Boulevard diluar TCL Chinese Theatre untuk penayangan perdana film Marvel Studio "Spider-man: Far From Home" di Los Angeles, California, Amerika Serikat, Rabu (26/6/2019).
Penulis: Pingit Aria
22/8/2019, 18.53 WIB

Sosok Spider Man tengah menjadi sorotan. Banyak pihak menyayangkan keluarnya Spider Man dari Marvel Cinematic Universe akibat jalan buntu dalam perundingan antara Sony dengan Disney, induk Marvel.

Spider Man adalah tokoh pahlawan super fiktif dari Marvel Comics karya Stan Lee dan Steve Ditko. Ia pertama kali muncul dalam Amazing Fantasy #15 pada Agustus 1962 dan menjadi salah satu pahlawan super yang paling terkenal di dunia dan tampil dalam berbagai versi, dari kartun, serial TV, hingga video game.

Meski lahir sebagai bagian dari Marvel Comics, namun lisensi untuk mengadaptasi karakter Spider Man sebagai film telah puluhan tahun dimiliki oleh Sony Pictures. Sony pun telah mencicipi kesuksesan dengan mengangkat karakter ini dalam beberapa versi.

Yang terbilang sukses adalah film-film garapan Sam Raimi dengan aktor Tobey Maguire. Sony kemudian berusaha mengulangi kesuksesan ini dengan membuat reboot besutan Marc Webb dan dibintangi Andrew Garfield. Sayangnya adaptasi film Spider-Man 2012 dan 2014 ini dianggap mengecewakan secara komersial.

Sejak 2015 Sony Pictures meminjamkan karakter Spider Man ke Marvel Studios milik Disney untuk membuat film versi mereka. Perjanjian inilah yang memungkinkan Spider Man untuk tampil di film-film crossover Marvel. Meski, Sony tetap mempertahankan lisensi, juga bertanggung jawab atas pendanaan, distribusi, dan kontrol kreatifnya.

(Baca: Sony dan Disney Berselisih, Spider Man Keluar dari Marvel)

Perjanjian itu pula yang melahirkan Spider Man versi Tom Holland dalam film-film Marvel Cinematic Universe. Peter Parker terbaru ini akhirnya meramaikan layar Captain America: Civil War (2016), Avengers: Infinity War (2018), dan Avengers: Endgame (2019).

Selain itu, Kevin Feige, CEO Marvel Studio juga memproduseri film-film standalone, yakni Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far From Home (2019).

Film-film ini rupanya menghasilkan banyak uang bagi Sony. Hasil penjualan tiket film Spider-Man: Far From Home berhasil mengalahkan James Bond: Skyfall (2012) dan membuatnya jadi film Sony Pictures dengan pendapatan tertinggi. Film yang baru rilis 3 Juli lalu ini telah berhasil meraup hingga lebih dari US$ 1 miliar (sekitar Rp 14 triliun).


Masalahnya, dalam perjanjian, Disney hanya mendapat 5% dari hasil produksi anak usahanya tersebut. Dilansir dari Deadline.com Disney mengajukan tawaran agar kolaborasi produksi dan finansial film-film Spider-Man berikutnya dibagi menjadi 50:50 dengan keuntungan yang juga dibagi rata.

Pihak Sony dikabarkan menolak mentah-mentah tawaran ini. Perusahaan yang dipimpin oleh Tom Rothman dan Tony Vinciquerra ini kemudian mengajukan tawaran berbeda, namun Disney tidak sepakat.

Intinya, Sony Pictures enggan berbagi franchise terlarisnya dengan Disney. Sedangkan Disney tidak mau melanjutkan kerja sama jika hanya akan mendapatkan ‘recehan’.

(Baca: Saingi Marvel, Akan Ada Jagat Superhero di Film Indonesia )

“Kami kecewa, tapi menghormati keputusan Disney untuk tidak lagi melibatkannya sebagai produser dalam film live action Spider Man berikutnya,” demikian pernyataan Sony Pictures melalui akun Twitternya, Rabu (21/8).

Kabar ini pun mengecewakan banyak pihak. Di Twitter, fans manusia laba-laba itu mempopulerkan tagar #SaveSpiderMan. Mereka berharap Spider Man kembali menjadi bagian dari Marvel Cinematic Universe.

Sony tampaknya berpikir bahwa gabungan sutradara Jon Watts dan aktor Tom Holland yang menggarap dua film terakhir untuk membuat Spider Man tetap laris di masa depan. Mereka pun ‘diikat’ kontrak untuk pembuatan dua film lain, meski kali ini tanpa bantuan Kevin Feige lagi.