Mahasiswa UI Temukan Obat Alternatif Kanker Serviks dari Ikan Lionfish

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Gedung di Universitas Indonesia.
21/8/2019, 11.08 WIB

Sebanyak tiga mahasiswa Jurusan Teknik Bioproses Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) berhasil menemukan obat kanker serviks yang berasal dari racun duri ikan Lionfish. Obat ini diharapkan bisa menjadi alternatif untuk penyembuhan kanker serviks.

Ketiga mahasiswa penemu tersebut adalah Mustika Sari, Sarah Salsabila, dan She Liza Noer. "Melalui uji laboratorium, hasil menunjukkan bahwa racun Lionfish berhasil membunuh sel kanker," ujar Mustika, di kampus UI Depok, seperti dikutip Antara, Rabu (21/8).

Ia mengatakan pengobatan melalui kemoterapi belum sepenuhnya efektif karena efek samping yang dihasilkannya. Maka itu, racun duri Lionfish diharapkan bisa menjadi alternatif obat berbahan alami.

(Baca: Dari Akar Bajakah Sampai Sirsak, Berbagai Tanaman Penyembuh Kanker)

Racun duri Lionfish dipilih karena mengandung peptida yang memiliki aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker dengan mekanisme induksi apoptosis, yaitu proses penghambatan proliferasi sel kanker secara selektif.

Ketiga mahasiswa tersebut mengekstraksi racun duri Lionfish yang kemudian dimurnikan dengan presipitasi ammonium sulfat dengan proses pemanasan. Racun yang telah diekstraksi dan dimurnikan tersebut kemudian diujikan secara in vitro terhadap sel kanker.

(Baca: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Ini Efek Polusi Terhadap Kesehatan )

"Hasil yang diperoleh dari pengujian in vitro terlihat adanya efek inhibisi terhadap sel kanker serviks. Efek inhibisi ini menunjukkan pengujian berhasil membunuh sel kanker yang ada," kata Mustika.

Ia menambahkan, penggunaan Lionfish sebagai obat juga sekaligus menjadi upaya untuk menjaga ekosistem laut. Menurut dia, Lionfish merupakan invasive species dengan tingkat reproduksi dan distribusi yang tinggi sehingga menyebabkan ledakan populasi hingga 700%.

Ledakan populasi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan penurunan populasi ikan lokal sehingga dapat merugikan nelayan.

Adapun penelitian ini mendapatkan pembiayaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi dan tengah dalam tahap presentasi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiwa Nasional yang akan diselenggarakan akhir Agustus 2019 di Bali.

Reporter: Antara