Harga minyak turun untuk pertama kalinya dalam enam hari setelah The Fed menurunkan harapan pelaku pasar terhadap potensi penurunan suku bunga lebih lanjut di masa mendatang. Harga minyak pada perdagangan hari ini, Kamis (1/8) turun lebih dari $1.
Di sisi lain, pembicaraan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok yang berakhir tanpa adanya kemajuan juga turun menekan harga minyak dunia. Namun, terus turunnya persediaan minyak di AS yang lebih besar dari perkiraan dan turunnya produksi minyak di antara negara OPEC serta Libya yang jugamemangkas ekspor menjadi pendorong harga minyak di pasar.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah jenis Brent turun US$ 1,06, atau 1,6%, menjadi US$ 63,99 per barel. Sementara harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 93 sen, atau 1,6%, menjadi US$ 57,65 per barel, setelah sebelumnya turun lebih dari US$ 1.
The Fed memotong suku bunga pada Rabu (31/7), tetapi Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa langkah tersebut bukan menjadi awal dari serangkaian panjang pemangkasan suku bunga untuk menopang perekonomian AS terhadap risiko ekonomi global.
(Baca: Stok Minyak AS Kian Susut, Harga Minyak Dunia Naik 5 Hari Berturut)
"Meskipun laporan persediaan minyak AS yang sangat bullish memberikan latar belakang yang sangat menggembirakan bagi pasar minyak, harga minyak merosot karena dukungan tidak akan ada lagi kebijakan moneter masa depan atau apa pun dari The Fed," ujar Stephen Innes, managing partner VM Markets Pte dilansir dari Reuters.
Sementara itu, perundingan dagang AS dan Tiongkok, yang merupakan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, mengakhiri putaran pembicaraan perdagangan pada hari Rabu kemarin tanpa terlihat tanda-tanda kemajuan dan menunda pertemuan mereka berikutnya hingga September.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh berturut-turut, turun ke level terendah sejak November 2018 bahkan ketika produksi dan impor minyak mengalami peningkatan menurut data Energy Information Administration pada Rabu kemarin.
Persediaan minyak mentah AS tercatat mengalami penurunan sebesar 8,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli, jauh melebihi ekspektasi analis yang hanya memprediksi penurunan persediaan sekitara 2,6 juta barel.
(Baca: Pertama Kali The Fed Pangkas Bunga Sejak 2008, Bursa AS Kompak Anjlok)
Produksi minyak di antara anggota OPEC juga mencapai level terendah delapan tahun pada Juli karena pemotongan produksi lebih lanjut oleh eksportir utama yakni Arab Saudi semakin menekan persediaan minyak dunia setelah AS memberlakukan sanksi terhadap Iran.
Sebuah jajak pendapat bulanan Reuters menunjukkan bahwa harga minyak diperkirakan akan berkisar di dekat kisaran harganya saat ini karena melambatnya pertumbuhan ekonomi dan sengketa perdagangan yang berkepanjangan antara AS dan Tiongkok yang membuat permintaan minyak tertahan.