Pendataan sektor ekonomi kreatif masih menjadi kendala pemerataan pembangunan masyarakat di daerah. Padahal, ekonomi kreatif adalah salah satu sektor potensial yang masih kurang pengembangan karena dinilai tidak terlalu menarik.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilman Farid menyatakan sosialisasi pentingnya ekonomi kreatif sangat vital. "Saya ingin 10 tahun ke depan tidak ada orang tua yang mempertanyakan pilihan karier seniman," kata Hilman dalam keterangan Indonesia Development Forum 2019, Jakarta, Kamis (25/7).
Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi kreatif Tanah Air bisa mencapai level 8,8% setiap tahun. Namun, Indonesia masih kalah daripada capaian negara-negara berkembang yang bisa mencapai 12% dalam setahun. Oleh karena itu, peran pemerintah untuk mendorong sektor ekonomi kreatif dengan basis budaya dan seni sangat tepat.
(Baca: Bekraf Susun Rencana Strategis Ekonomi Kreatif untuk Lima Tahun)
Hilman menuturkan, keterbatasan angka pertumbuhan disebabkan pendataan ekonomi kreatif yang masih terbatas. Apalagi, ekonomi kreatif punya nilai tambah yang jauh lebih tinggi dalam perbandingan ongkos produksi komoditas kreatif daripada nilai jual.
Salah satu pelaku industri komunitas pertunjukan boneka Papermoon Puppet Theatre mengungkapkan industri kreatif masih belum mendapatkan perhatian. Padahal, komunitas melakukan pengembangan berbasis lingkungan di daerah tersebar.
Pendiri Papermoon Puppet Theatre Maria Tri Sulistyani berharap pertunjukan seni mampu hadir di daerah pelosok, termasuk untuk pengembangan budaya daerah serta duplikasi budaya yang terkurasi. "Sukses itu tidak selalu besar secara kuantitas, tetapi juga kualitas," ujar Maria.
Pengembangan seni di daerah juga bisa memberikan pengetahuan baru untuk manajemen organisasi yang berkelanjutan. Sehingga, seniman juga bisa berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pembangunan.
(Baca: Siasat Indonesia Meningkatkan Perekonomian Lewat Pariwisata)