Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan belum terlibat dalam penanganan masalah semburan minyak dan gas di Blok Offshore North West Java (ONWJ), di pantai utara Pulau Jawa.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, belum ada laporan kepada instansinya mengenai potensi bencana yang mungkin terjadi. "Kami akan terlibat setelah ada informasi bahwa ada status darurat," ujarnya kepada Katadata.co.id, Sabtu (20/7).
Semburan gas dan minyak yang sudah berlangsung beberapa hari mulai memunculkan kekhawatiran. Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, semburan telah menghasilkan kabut yang bisa terbakar bila ada sumber api.
(Baca: AirNav: Tak Ada Gangguan Penerbangan Terkait Semburan Gas di Blok ONWJ)
Blok ONWJ merupakan blok migas yang dikelola Pertamina melalui anak usahanya Pertamina Hulu Energi (PHE). Pada 12 Juli 2019, perusahaan melakukan well kick pada sumur (re-aktivitasi) YYA-1 yang menyebabkan munculnya gelembung gas di sekitar anjungan lepas pantai.
Pada 14 Juli 2019, gelembung gas semakin membesar. "Perkembangan proyek lapangan YY dalam situasi darurat pada saat sumur YYA-1 terjadi aliran gelembung gas dari sumur yang perlu ditindaklanjuti dengan penutupan sumur," kata Vice Presiden Relation PHE Ifki Sukarya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (17/7).
(Baca: Ada Gelembung Gas, Produksi Lapangan YY Blok ONWJ Mundur Tahun Depan)
PHE menerjunkan tim khusus Incident Management Team (IMT) untuk memantau perkembangan di sekitar sumur. Dalam tim tersebut terdapat dua orang dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pelaksana Tugas Dirjen Migas Djoko Siswanto menjelaskan, Pertamina melakukan skema pengeboran miring untuk menghentikan gelembung gas. Namun, upaya tersebut mengakibatkan rig yang ada di YYA mengalami kemiringan.
"Risiko fatalnya adalah platform dan rig tenggelam. Sekarang sudah 8 derajat miringnya, sudah ada semburan minyak," kata dia, Rabu (17/7) lalu.