Bisnis minuman cokelat cukup menarik pelaku usaha di tengah maraknya tren gerai kopi. Waralaba minuman cokelat Co.choc misalnya, yang meningkat cukup pesat dengan target gerai mencapai 50 unit dalam setahun.
Salah satu pemilik dan pendiri Co.choc Satria Julianto mengaku fokus memanfaatkan cokelat asli petani lokal asal Indonesia dalam usahanya. "Kami mengolah cokelat menggunakan teknik ganache untuk pengentalan, seperti bentuk pasta," kata Satria di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sejak didirikan pada Maret 2018, hingga saat ini Co.choc sudah memiliki 22 gerai yang antara lain tersebar di Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Surabaya, Yogyakarta dan Makassar. Targetnya, ada tambahan 30 gerai baru di sekitar Pulau Jawa serta tambahan gerai baru di Padang.
(Baca: Modal Ventura Gencar Investasi di Kedai Kopi Indonesia)
Satria menjelaskan, rata-rata satu gerai mampu menjual minuman sebanyak 100 gelas per hari dengan harga jual berkisar Rp 18 ribu. Dengan begitu, penjualan produk ini per harinya mencapai sekitar Rp 1,8 juta atau Rp 54 juta per bulan.
Dengan asumsi perolehan net profit sebesar 25%, setelah dipotong biaya royalti Co.choc sebesar 5%, maka keuntungan yang bisa diperoleh mitra sekitar Rp 13,5 juta.
Pengolahan Cokelat
Meskipun menggunakan teknik ganache asal Prancis, produk Co.choc menggunakan bahan baku dari petani lokal untuk membatu mengembangkan kemampuan masyarakat. "Kami fokus ke produk Indonesia, supaya petani jadi sejahtera," ujar Satria.
(Baca: Kaesang Targetkan Buka 10 Ribu Gerai Ternakopi Tahun Ini)
Untuk pengembangan selanjutnya, Satria mengaku Co.choc akan mengembangkan minuman kopi dan cokelat sehingga muncul rasa moka. Dengan bertambahnya varian rasa, produk Co.choc diharapkan bisa dapat mengikuti tren pasar.
Co.choc merek minuman yang tergabung dalam grup Mitra Boga Ventura. Dalam pameran International Franchise, License, and Business Concept Expo and Conference (IFRA) 2019, Co.choc promosi bersama Bakso Kemon.