Pertamina masih kesulitan menggenjot lifting minyak dan gas (migas) Blok Mahakam. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, produksi siap jual (lifting) gas Blok Mahakam hingga semester I 2019 hanya mencapai 662 juta standar kubik per hari (mmscfd) atau sebesar 60,18% dari target tahun ini yang mencapai 1100 mmscfd.
Sedangkan lifting minyak semester I sebesar 37 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 73,4% dari target 50.400 BOPD. Realisasi lifting migas Blok Mahakam per semester I juga lebih rendah dari lifting minyak sepanjang empat bulan pertama yang mencapai 42 ribu BOPD dan gas sebesar 667 MMscfd.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher menyebut, penurunan lifting migas Blok Mahakam karena hasil pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) tidak sesuai target. Hingga semester I 2019, PHM baru mengebor 42 sumur dari target 118 sumur tahun ini.
Dari jumlah tersebut, SKK Migas menargetkan ada penambahan produksi gas sekitar 110 mmscfd dan kondensat 4 ribu bopd. "Namun hasil pengeboran saat ini belum maksimal sesuai target awal," kata Wisnu kepada Katadata.co.id, Senin (8/7).
(Baca: Pertamina: Produksi Blok Mahakam Sudah Turun Saat Kami Masuk)
Ketika dikonfirmasi terkait penurunan lifting migas Blok Mahakam, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu tidak membalas pesan yang dikirimkan oleh Katadata.co.id pada Senin (8/7). Namun sebelumnya, General Manager PHM John Anis menjelaskan, pengeboran sumur akan dikerjakan secara masif pada kuartal III 2019 sesuai dengan susunan atau karaktersitik sumur Blok Mahakam.
"Setahu saya yang paling banyak itu di kuartal III. Sesuai susunan sumur yang kami selesaikan," ujarnya saat ditemui Katadata.co.id pada Mei lalu.
Biarpun begitu, Pertamina masih terkendala pengadaan rig. Padahal rig dibutuhkan untuk melakukan pengeboran yang masif di Blok Mahakam. "Mungkin kalau kami ingin lebih agresif, kami harus tambah rig, tapi tidak mudah," ujarnya.
(Baca: Lifting Migas Belum Capai Target, Pertamina Diminta Percepat Investasi)