Wood Mackenzine menyatakan sejumlah proyek LNG dengan kapasitas lebih dari 90 juta metrik ton per tahun (MMTPA) akan memasuki tahapan Keputusan Investasi Final (FID) selama 2019-2020. Ini berarti akan ada persaingan ketat penjualan LNG pada 2027.
Biarpun begitu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis bisa menjual gas Blok Masela yang ditargetkan produksi pada 2027. SKK Migas akan mengandalkan pasar domestik untuk memasarkan LNG Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, akan ada kebutuhan gas di dalam negri karena produksi gas dari lapangan migas eksisting mengalami penurunan. Untuk itu, produksi gas Blok Masela akan menggantikan penurunan produksi gas tersebut.
"Tujuh tahun mendatang mungkin 50% dari produksi gas eksisting ini akan menurun. Munculnya Blok Masela untuk menggantikan apa yang sudah diproduksi," ujar Dwi di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (19/6).
Namun Dwi belum bisa menyebut besaran produksi Blok Masela yang akan dialokasikan untuk kebutuhan domestik. Penentuan alokasi produksi gas dan harga jual gas Blok Masela dan akan dihitung setelah revisi rencana pengembangan (PoD) Blok Masela diserahkan oleh Inpex Corporation.
(Baca: Jalan Panjang Blok Masela, Kontroversi Kilang hingga Investasi Jumbo)
Sebelumnya, Direktur Riset Wood Mackenzine Andrew Harwood menyatakan, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela akan menghadapi persaingan ketat secara global dalam menjalankan bisnis LNG. Pasalnya sejumlah proyek dengan kapasitas LNG lebih dari 90 MMTPA LNG akan memasuki tahapan FID selama 2019-2020. Ini berarti akan ada gelombang investasi baru lebih dari US$ 200 miliar untuk pengembangan LNG hingga 2025.
"Dengan meningkatnya tingkat aktivitas ini, operator LNG akan berada di bawah tekanan untuk menghindari biaya dan potensi proyek mundur yang telah mengganggu industri LNG selama ini,"ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin lalu.
Woodmack melihat, ada dua risiko utama yang dihadapi Inpex Corporation dalam menjalankan proyek LNG Blok Masela. Pertama, Inpex dan mitra akan menghadapi persaingan ketat pasar jasa konstruksi dan rekayasa dengan mengambil FID pada 2022. Kedua, proyek yang akan berproduksi sekitar tahun 2027 ini akan menghadapi persaingan ketat dalam penjualan LNG karena pasokan LNG dari proyek lain sudah memasuki pasar global terlebih dahulu.
(Baca: Pemerintah Tetapkan Lokasi Kilang LNG Masela, Ada Risiko Mafia Lahan)