Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mendukung bisnis ruang kerja bersama alias coworking space di Indonesia. Sebab, menurutnya bisnis ini bisa mengoptimalkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Alasannya, coworking space memudahkan generasi muda Indonesia mencari tempat untuk berkarya. Produk yang bisa dikembangkan pemuda Indonesia misalnya, komponen ponsel pintar (smartphone). “Bukan hanya perangkat keras (hardware), tetapi juga perangkat lunak (software),” kata dia dalam siaran pers, Rabu (19/6).
Ia mencontohkan, 200 anak muda Indonesia dilatih untuk mengembangkan perangkat lunak di Apple Developer Academy, yang berada di BSD City, Tangerang, Banten. Ia berharap, generasi muda Indonesia lainnya bisa mengembangkan produk serupa ataupun teknologi lainnya. Mereka bisa menggunakan layanan coworking space untuk mengembangkan produknya.
(Baca: CoWorking Space Greenhouse Peroleh Dana US$ 2,8 Juta dari 14 Investor)
Karena itu, ia mendorong tumbuh kembang bisnis coworking space di Indonesia. Caranya, dengan mengundang investor ataupun perusahaan asing untuk membangun bisnis coworking space di Indonesia. “Contohnya, di Singapura ada Block71, mereka sudah buka di Jakarta. Kemudian, perusahaan telekomunikasi mulai membuat coworking space,” kata dia.
Selain itu, ia mendorong perusahaan asing untuk membuka inkubasi startup di Indonesia. Para pelaku startup pun bisa memanfaatkan coworking space dalam menjalankan bisnisnya.
Ia berharap, strategi tersebut dalam jangka panjang bisa meningkatkan penggunaan komponen atau produk lokal. Sebab, komponen smartphone maupun perangkat teknologi lainnya bisa menggunakan produk buatan anak negeri. Dengan begitu, hal ini bisa mengoptimalkan kebijakan terkait TKDN.
(Baca: Target Pemerintah: Valuasi US$ 100 Miliar dari 1.000 Technopreneur)
Ia juga berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait seperti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk meningkatkan literasi digital. Selain itu, ia bekerja sama dengan MIT, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) untuk melatih Sumber Daya Manusia (SDM) supaya lebih memahami teknologi.
Hal ini dilakukan karena potensi ekonomi digital diperkirakan mencapai US$ 150 miliar pada 2025. “Ini akan menjadi peluang bagi 17 juta tenaga kerja yang tidak buta terhadap teknologi digital. Inilah yang kami dorong agar ekonomi digital terus berkembang, sehingga bisa ditangkap oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia,” kata dia.
(Baca: Gandeng BCA, GoWork Buka Coworking Space di Plaza Indonesia)