Kemenpar Gencar Mengembangkan Program Homestay Desa Wisata

ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Kawasan hunian untuk wisatawan yang berada di tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Sumatera Utara, Selasa (4/4). Sejak 2016 Danau Toba dicanangkan sebagai salah satu dari 10 kawasan strategis pariwisata nasional yang menjadi prioritas Kementerian Pariwisata untuk dikembangkan.
Penulis: Michael Reily
17/6/2019, 14.07 WIB

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggencarkan program desa untuk homestay sebagai fasilitas untuk wisatawan di lokasi pariwisata.

Sebagai salah satu program prioritas, Homestay Desa Wisata disebut menjadi jawaban atas pemenuhan amenitas dalam bentuk akomodasi dan penginapan.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Anneke Prasyanti mengungkapkan, pemanfaatan hunian yang sudah ada memberikan dampak ekonomi langsung ke masyarakat desa. Kegiatan pengelolaan homestay menurut Kemenpar akan mampu mendukung kebutuhan amenitas untuk target 20 juta wisatawan masuk ke Indonesia pada tahun 2019.

"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata, tata kelola destinasi pariwisata, dan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata”, ujar Anneke dalam keterangan resmi Kemenpar, Senin (17/6).

Ia menambahkan, Indonesia memiliki potensi keberagaman hunian yang lebih banyak daripada negara-negara Asia Tenggara lain, sehingga dapat menjadi aset pariwisata. Oleh karena itu, masyarakat harus melestarikan budaya sebagai nilai jual yang terus terjaga kelestariannya.

Anneke menjelaskan, nilai unik Homestay Desa Wisata adalah pengalaman yang berbeda daripada hotel, yaitu konsep home-sharing, tinggal dengan penduduk, melakukan aktivitas bersama-sama. Nah, hal ini ia katakan sedang menjadi trend di dunia saat ini.

Untuk mendukung program ini, melalui Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata, Kemenpar menyiapkan buku panduan pengembangan homestay yang menggunakan standar Asia Tenggara untuk edukasi masyarakat pelaku usaha.

(Baca: Kunjungan Wisman di Bawah Target, Kemenpar Optimalkan 4 Strategi)

Dua daerah yang tengah jadi fokus Kemenpar adalah Desa Silalahi dan Tana Toraja. Bentuk peningkatan kualitas homestay adalah penguatan penceritaan serta kebersihan wilayah, terutama sekitar Desa Sillahi di sekitar Danau Toba.

Selain penguatan penceritaan dan kebersihan kawasan, Kemenpar juga akan menguatkan upaya pemberian pemahaman kepada masyarakat pengelola homestay dan desa wisata terkait tata cara perlakuan terhadap wisatawan yang datang.

Dalam program ini, Kemenpar juga memberikan banyak bantuan kepada Desa Wisata, contohnya paket alat tidur dan buku tamu kepada desa yang jadi fokus.

Kemenpar juga meminta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memiliki peran untuk mengatur penempatan kamar untuk para wisatawan.

Selain itu, BUMDes jug diharapkan berperan aktif sebagai wadah pemasaran, agar dampak perekonomian di daerah semakin besar.

Anneke berharap program homestay membuat wisatawan tidak hanya menginap, tetapi juga lebih mengenal masyarakat dengan ikut melakukan kegiatan yang biasa dilakukan warga setempat sehari-hari.

(Baca: Pemerintah Promosikan Pariwisata Selama Piala Dunia Wanita di Prancis)