Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan dirinya menerima hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
SBY menegaskan tak mau mempermasalahkan jika Demokrat hanya memperoleh suara sebesar 7,7%, turun dibandingkan Pemilu 2014 yang sebesar 10,19%.
"Secara ksatria kita harus menerima hasil Pemilu itu," kata SBY dalam rekaman video dari Singapura yang diputar di kediamannya, Jakarta, Senin (27/5).
SBY mengatakan, dirinya secara pribadi dan Demokrat menjunjung tinggi nilai dan etika untuk menerima kekalahan. Hal tersebut, lanjutnya, telah diterapkan bahkan sebelum Demokrat didirikan.
Menurut SBY, dirinya pada pemilihan wakil presiden putaran kedua pada 2001 silam sempat kalah. Ketika itu, perolehan suara SBY untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri berada di bawah Hamzah Haz dan Akbar Tandjung. Akhirnya, Hamzah Haz lah yang akhirnya mendampingi Megawati.
SBY mengatakan, ia didampingi Ani Yudhoyono sekian jam setelah adanya pengumuman langsung memberikan pernyataan untuk menerima kekalahan.
"Saya ucapkan selamat kepada wapres terpilih dan selanjutnya meminta para konstituen mendukung wapres terpilih," kata SBY.
Hal serupa SBY lakukan pada Pemilu Legislatif 2014. SBY mengatakan dirinya langsung mengucapkan selamat kepada partai-partai yang perolehan suaranya di atas Demokrat setelah hasil hitung cepat selesai.
Ketika itu, perolehan suara Demokrat dikalahkan oleh PDIP, Golkar dan Gerindra. Elektabilitas PDIP pada Pemilu 2014 sebesar 18,95%. Golkar dan Gerindra menyusul di bawahnya dengan perolehan suara masing-masing sebesar 14,75% dan 11,81%.
"Saya ucapkan selamat kepada tiga partai politik yang perolehan suaranya di atas Demokrat," ujar SBY.
(Baca: Ucapkan Selamat kepada Jokowi, SBY: Demokrat Terima Hasil Pemilu)
SBY pun menyebut anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melakukan hal serupa dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Menurut SBY, memang banyak cerita mengapa AHY kalah ketika bersaing melawan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Meski demikian, AHY kala itu langsung menelepon dan mengucapkan selamat kepada pasangan calon yang menang ketika hasil hitung cepat selesai. "Secara ksatria AHY menerima kekalahan itu," kata SBY.
Menurut SBY, tradisi tersebut haruslah dijaga oleh Demokrat dalam setiap kontestasi. Sebagaimana dalam pertandingan olahraga, SBY menyebut ada kalanya Demokrat menang, ada kalanya kalah. Namun, yang paling penting menurutnya adalah, baik ketika kalah ataupun menang, semua pihak harus berjabat tangan secara sportif.
Meski demikian, SBY mengatakan Demokrat tetap memberi jalan kepada para calon legislatifnya yang tak puas untuk menggugat hasil Pemilu 2019 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Demokrat pun akan melakukan evaluasi komprehensif atas penyelenggaran Pemilu 2019.
SBY mengatakan hal tersebut dilakukan agar Pemilu 2024 dapat berlangsung lebih damai, jujur, adil, demokratis, dan berkualitas. Selain itu, evaluasi dilakukan agar tercipta keadilan sejati bagi para peserta Pemilu.
Pasalnya, SBY menilai banyak catatan atas jalannya Pemilu 2019. Menurut SBY, Demokrat juga dirugikan karena kurang adilnya Pemilu 2019.
"Saya harus katakan bahwa partai kita, Partai Demokrat juga dirugikan akibat kurangnya fair play dalam Pemilu 2019 ini," kata dia.
Hal senada disampaikan oleh AHY. Menurutnya, hasil Pemilu yang telah ditetapkan KPU haruslah dihormati. Lagipula, AHY menilai menang dan kalah dalam Pemilu merupakan hal yang wajar.
Dia pun mengucapkan selamat kepada para peserta Pemilu yang sukses. Bagi yang belum berhasil, AHY meminta mereka tetap semangat. "Jatuh-bangun, up and down, menang-kalah adalah hal yang wajar," kata AHY.
(Baca: AHY Sebut SBY Dukung Jokowi Tangani Masalah Pasca-Hitung Pilpres)