Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah berusaha untuk meningkatkan lifting migas. Salah satu caranya yaitu dengan menggenjot produksi Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil.
Vice President Public and Government Affair ExxonMobil Erwin Maryoto mengatakan SKK Migas sudah meminta perusahaan untuk melakukan high rate test. Test ini untuk memastikan kesiapan fasilitas dalam meningkatkan produksi tanpa penambahan investasi.
"Dari tes kami akan tahu apakah bisa diproduksi di atas 220 ribu barel per hari (bopd) secara aman dan secara teknis bisa dilakukan dengan baik," kata dia kapada katadata.co.id, Jumat (17/5). SKK Migas ingin meningkatkan produksi di Lapangan Banyu Urip hingga 225 ribu bopd.
(Baca: ExxonMobil dan BP Berau Penyumbang Lifting Migas Terbesar Kuartal I)
Bila hasil tes dan evaluasi mendukung peningkatan produksi, maka ExxonMobil akan mengajukan revisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setelah itu, perusahaan baru bisa meningkatkan produksi.
Erwin mengatakan jika produksi terus ditingkatkan, maka cadangan migas di Lapangan Banyu Urip memang akan berkurang. Namun, pihaknya telah melakukan eksplorasi dan mendapatkan cadangan pengganti (recoverable reserve) hingga 823 juta barel. Ini lebih tinggi dari rencana pengembangan (PoD) yang sebesar 450 juta barel.
Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai positif upaya meningkatkan lifting minyak dengan mendorong produksi Blok. Namun, SKK Migas dan ExxonMobil harus memperhatikan teknis pengelolaan cadangan Lapangan Banyu Urip sehingga bisa berproduksi secara berkelanjutan.
"Yang penting secara keteknikan layak, dan dari sisi manajemen cadangan maupun pengelolaan lapangannya tidak merusak kemampuan lapangan untuk dapat berproduksi secara berkesinambungan," ujarnya.
(Baca: ExxonMobil Pimpin Temuan Cadangan Migas Terbesar Dunia di 2019)
Hingga April 2019, produksi minyak Blok Cepu sudah mencapai 219,7 ribu bopd dengan lifting minyak 219,2 bopd, atau 101,5% dari target yang sebesar 216 ribu bopd. Meski begitu, lifting minyak secara keseluruhan tidak mencapai target lantaran produksi dari blok lainnya belum optimal.
Lifting minyak hanya mencapai 749,5 ribu bopd atau sebesar 84% dari target sebesar 775 ribu bopd. Lifting gas juga mengalami kondisi yang sama. Lifting gas hanya 5.909 mmscfd atau sebesar 84% dari target yang sebesar 7.000 mmscfd.
Dengan kondisi tersebut, lifting migas tercatat hanya 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd), atau 89,1% dari target yaitu 2,025 juta boepd.