Kunjungi Jepang, Menteri Jonan Bahas Nasib Blok Masela dengan Inpex

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto melakukan Pertemuan dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Jepang membahas mengenai rencana pengembangan Blok Masela
16/5/2019, 14.10 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menemui Chief Executive Officer Inpex Corporation Takayuki Ueda langsung di kantor pusat perusahaan tersebut di Tokyo, Jepang, Kamis (16/5). Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffe Arizon Suardin, dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif.

Kedua pihak membahas mengenai pengembangan proyek Lapangan Gas Abadi Blok Masela. "Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai plan of development Blok Masela, untuk mendapatkan opsi terbaik, dengan estimasi investasi yang rasional dan efisien," kata Kepala Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher dalam keterangan tertulis pada Kamis (16/5). 

Pengembangan Blok Masela diharapkan dapat menjadi tolok ukur di masa datang khususnya dalam  mengembangkan blok migas  lainnya. "Hal ini juga menunjukkan bahwa potensi hulu migas di Indonesia masih memiliki prospek yang bagus,"ujarnya. 

(Baca: SKK Migas Akui Pakai Ahli Asing untuk Hitung Pengembangan Blok Masela)

Proses perencanaan pengembangan Blok Masela hingga saat ini sudah berjalan selama 20 tahun sejak Inpex Corporation menandatangani kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) Blok Masela untuk jangka waktu 30 tahun pada 16 November 1998.

Setelah melakukan penandatanganan kontrak bagi hasil, Inpex melakukan pengeboran sumur dan berhasil menemukan potensi cadangan gas di sumur gas Abadi 1 pada tahun 2000. Pada 16 September 2008, Inpex menyerahkan usulan rencana pengembangan (Plan of Development/ POD) Lapangan Gas Abadi Blok Masela kepada pemerintah melalui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas).

Awalnya Inpex mengajukan usulan rencana pengembangan Blok Masela dengan skema fasilitas LNG terapung (floating LNG) berkapasitas 4,5 MTPA dengan cadangan terbukti sebesar 6,05 TCF. Namun Pada 16 Desember 2010, Menteri ESDM menerbitkan surat persetujuan POD I Blok Masela dengan kapsitas FLNG sebesar 2,5 MTPA, produksi kumulatif 4,61 TCF atau 90% dari cadangan terbukti sebesar 6,05 TCF.

Seiring berjalannya waktu, Inpex kembali melakukan pengeboran sumur di Lapangan Abadi Blok Masela dan berhasil menemukan tambahan cadangan gas. Pada 17 Maret 2015, Lemigas mensertifikasi cadangan terbukti (P1) di Blok Masela sebesar 11.92 TCF dengan produksi kumulatif 90% dari cadangan terbukti menjadi 10.73 TCF. Inpex pun merevisi rencana pengembangan Blok Masela dengan menambah kapasitas FLNG menjadi 7.5 MTPA.

Belum sempat proposal pengembangan Blok Masela disetujui Menteri ESDM, pengembangan proyek Blok Masela justru menuai perdebatan terkait skema pengembangan fasilitas LNG, antara pengembangan LNG di darat (onshore) atau pengembangan LNG terapung di laut (offshore).

Presiden Joko Widodo akhirnya turun tangan dan memutuskan skema pengembangan Blok Masela menggunakan skema onshore. Presiden mengumumkan keputusan tersebut di Pontianak pada 23 Maret 2016.

Pada April 2018, Inpex kembali mengajukan Pre Front Engineering End Design (Pre FEED) Blok Masela dengan skema onshore. Inpex berhasil menyelesaikan Pre FEED  sekaligus mengajukan POD I Revisi Blok Masela dengan skema onshore kepada SKK Migas pada akhir tahun lalu.

Hingga saat ini, proposal pengembangan yang diajukan oleh Inpex belum juga disetujui Menteri ESDM. SKK Migas dan Inpex belum sepakat terkait besaran investasi pengembangan Blok Masela. Biarpun begitu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menargetkan usulan pengembangan Blok Masela yang diajukan oleh Inpex bisa mendapatkan persetujuan dari Menteri ESDM pada pertengahan tahun ini.

(Baca: SKK Migas Targetkan Pembahasan Blok Masela Rampung Semester I/2019)