PT Pertamina kembali menekankan posisinya terhadap Saudi Aramco terkait proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap atau kilang Cilacap. Jika hingga Juni 2019 belum ada kesepakatan, Pertamina menegaskan akan tetap berjalan untuk meneruskan proyek secara mandiri.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, hingga saat ini Pertamina dan Aramco belum menemui titik temu kesepakatan. "Sistemnya akan membentuk joint venture. Perlu adanya valuasi tapi belum ada kesepakatan," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat di Ruang Komisi VII DPR RI, Selasa, (14/5).
Karena itu, setelah Juni, Pertamina akan berjalan sendiri untuk meneruskan proyek kilang Cilacap dan mencari partner baru. Keinginan untuk mengerjakan proyek sendiri cukup beralasan, sebab Pertamina yang mencanangkan target proyek bisa rampung 2023.
(Baca: Nasib Proyek Kilang RDMP Cilacap Masih Menggantung)
Sebagaimana diketahui, pemerintah berharap proyek kilang Cilacap segera berjalan dengan cepat. Kelanjutan proyek kilang Cilacap pun dibahas dalam rapat terbatas Kabinet Kerja yang dipimpin langsung Presiden Jokowi pada Kamis (18/4) lalu.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pemerintah tengah mencari solusi agar proyek tersebut bisa segera berjalan. "Kami dorong, semoga secepatnya," ujar dia, beberapa waktu lalu.
Kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina untuk pengembangan kilang Cilacap sejatinya sudah disepakati sejak 2015. Dalam kesepakatan kerja sama tersebut, Saudi Aramco menyatakan siap menanamkan modal hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun.
Namun, Aramco meminta beragam syarat, seperti insentif pajak, lahan, hingga penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.
(Baca: Pertamina dan Aramco Belum Juga Sepakati Valuasi Aset Kilang Cilacap)