TNI-Polri Bersiaga Antisipasi Rusuh Saat Pengumuman Pemenang Pemilu

ANTARA FOTO/UMARUL FARUQ
Simulasi pengamanan Pemilu 2019 di Mako Brigif-2 Marinir Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/2/2019). Pasukan gabungan Penanggulangan Huru-Hara TNI-Polri berlatih untuk menghadapi demonstran yang mengamuk karena memprotes hasil Pemilu.
7/5/2019, 16.50 WIB

Sekitar 450 ribu aparat gabungan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bersiaga terkait pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei Mendatang. Tujuannya, mengantisipasi bila terjadi kerusuhan.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan ada risiko aksi dari pihak yang tidak menerima hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum. "Provokasi dan penciptaan opini melalui media sosial masih kuat, dapat terjadi aksi unjuk rasa bahkan penyerangan terhadap KPU," kata dia dalam Rapat Kerja Dewan Perwakilan Daerah di Jakarta, Selasa (7/5).

(Baca: Situng KPU Nyaris 70%, Keunggulan Jokowi Melebar Jadi 13,4 Juta Suara)

Menurut dia, ada peningkatan berita bohong atau hoaks di media sosial. Selain itu, ia menyebut soal penyebaran ujaran kebencian menggunakan politik identitas. Ia pun menyarankan setiap peserta Pemilu untuk tidak memprovokasi massa.

Secara total, TNI menyiagakan 177.434 tentara di seluruh wilayah Indonesia. Rinciannya, Angkatan Darat 161.694 orang, Angkatan Laut 11.117 orang, serta Angkata Udara mencapai 6.625 orang. Alat utama sistem senjata juga disiagakan.

Terkait tuduhan Pemilu curang, Hadi mengatakan TNI dalam posisi tetap menjaga netralitas. “Tetapi masih ada yang harus tetap kami perhatikan setelah pelaksanaan Pemilu serentak sambil terus memprediksi perkembangan situasi yang mungkin terjadi," kata dia.

Halaman: