Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang berlangsung serentak pada 17 April 2019 disebut sebagai pemilihan umum terbesar di dunia yang dilaksanakan dalam satu hari. Perhelatan akbar ini tak luput dari perhatian media-media asing.
Hasil hitung cepat (quick counts) dari beberapa lembaga survei independen yang menunjukkan pasangan calon (paslon) Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dari paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi diangkat sebagai ulasan mereka hari ini. Situs Aljazeera.com menyebut Jokowi berpotensi terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya. Hasil hitung cepat menunjukkan Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara 55% sedangkan Prabowo-Sandi 45%.
Analis Politik Judith Jacob, yang diwawancarai Aljazeera, menilai Pemilu 2019 ini terlalu menekankan pada peran agama. "Agama bukan satu-satunya bagian dari cerita ini meskipun peranannya penting dalam Pemilu," kata Jacob. Ia menyebut ada kecenderungan di antara para pengamat politik dan jurnalis untuk menggabungkan konsep kesalehan beragama, indentitas agama, serta intoleransi dan kekerasan agama sebagaimana definisi sempit terhadap Islam.
Ia juga menilai faktor ekonomi menjadi perhatian dari para pemilih. "Pelemahan rupiah, kekhawatiran terhadap angka pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya defisit transaksi berjalan menjadi bahan bagi oposisi untuk mengkritik pemerintah," ujarnya.
Aljazeera juga menyoroti masalah yang dihadapi sejumlah pemilih. Beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) kehabisan surat suara. Ada juga masalah administratif, seperti pemilih yang pindah TPS atau belum terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT).
(Baca: KPU Akui Ada Kendala Logistik dalam Proses Pemungutan Suara)
Presiden Baru Menghadapi Tantangan Berat
Daniel Moss dalam kolom Opini di Bloomberg.com menyatakan, Jokowi yang diproyeksikan menang dalam Pilpres 2019 menghadapi realitas yang tidak menggembirakan. Defisit neraca transaksi berjalan menjadi salah satu penyebab nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ekspor komoditas yang menjadi andalan Indonesia juga menghadapi tantangan dengan melambatnya ekonomi Tiongkok.
Perubahan orientasi ekonomi harus dilakukan di awal periode kedua pemerintahan Jokowi. Ekspor dari sektor manufaktur perlu ditingkatkan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Indonesia juga dinilai belum memiliki peran dalam rantai pasokan global. Hal ini menunjukkan Indonesia tertinggal jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Salah satu penyebabnya adalah iklim investasi dan kemudahan berusaha yang belum signifikan membaik.
Sementara itu, Theguardian.com menilai Jokowi mengamankan posisinya untuk lima tahun ke depan dengan hasil hitung cepat yang menunjukkan paslon nomor 01 itu unggul 9% dari pesaingnya. Jokowi berhasil memikat para pemilih dengan komitmennya membangun infrastruktur dan menambah anggaran untuk program jaminan sosial. Namun, ia juga menuai kritik atas terbengkalainya kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu dan korupsi yang makin kronis.
Beberapa survei yang dirilis sebelum pencoblosan berlangsung menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan selisih dua digit dari Prabowo-Sandi. Pada Pemilu 2014, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya mengantongi selisih 6% dari Prabowo-Hatta Rajasa. Theguardian memperkirakan selisih hasil Pemilu 2019 pun bakal tidak kalah sempit.
(Baca: Quick Count 7 Lembaga Survei Hampir 100%, Jokowi Ungguli Prabowo 9-11%)
Klaim Kemenangan Prabowo dan Sikap Jokowi
Dalam konferensi pers kemarin, Prabowo mengumumkan hasil hitung nyata (real count) yang dilakukan oleh kubunya menunjukkan kemenangan sebesar 62%. Perhitungan ini disebut berasal dari 362 ribu TPS di seluruh Indonesia.
Ia pun melakukan sujud syukur. Prabowo berpesan kepada para pendukungnya untuk terus mengawal perhitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sementara itu, Jokowi tidak terburu-buru mengklaim kemenangan atas Prabowo-Sandi meski hasil hitung cepat dan exit poll dari beberapa lembaga survei mengunggulkannya. "Kita harus bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi," kata Jokowi di Djakarta Theater, Rabu (17/4). KPU akan mengumumkan hasil penghitungan suara pada 22 Mei mendatang.
Jokowi mengimbau agar masyarakat kembali menjalin kerukunan pascapemilu ini. "Mari menjalin dan merawat persatuan, kerukunan, dan persaudaraan kita sebagai saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air," ujarnya.
(Baca: Prabowo Sujud Syukur Klaim Kemenangan Hitungan Sendiri 62%)