Warga Negara Indonesia (WNI) berbondong-bondong mengikuti Pemilu 2019 di luar negeri. Antrean panjang dilaporkan terjadi pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di antaranya di Singapura, Melbourne, Tokyo dan New York. Pemungutan suara di TPS luar negeri digelar bertahap mulai 8 April hingga 14 April ini.
Di Singapura, pemungutan suara digelar pada Minggu (14/4). Pada TPS di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berlokasi di Chatworth Road, antrean dilaporkan mencapai satu kilometer dari gerbang. Hal ini lantaran adanya puluhan ribu WNI yang ingin menggunakan hak pilihnya.
Seorang WNI mengaku datang pada pukul 08.00 pagi, namun antrean sudah panjang. "Di luar perkiraan," kata dia, Minggu (14/4). Ia menyebut antrean pada Pemilu 2019 ini lebih panjang dibandingkan Pemilu 2014.
(Baca: Pemungutan Suara Pemilu 2019 di TPS Luar Negeri Memasuki Hari Terakhir)
WNI lainnya bernama Nursya Ibnu, 34 tahun, membenarkan tentang antusiasme yang meningkat. Namun, meskipun lelah mengantre, ia mengaku senang. "Setidaknya kami sudah menyalurkan hak suara untuk suatu perubahan," kata dia.
Ia berharap pemimpin yang terpilih dapat membawa perubahan, khususnya bagi perlindungan pekerja migran Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan informasi yang diterima katadata.co.id, antrean panjang juga terjadi di Tokyo, Jepang dan New York, Amerika Serikat (AS). Mengutip VOA Indonesia, pemungutan suara di AS berlangsung serentak pada Sabtu (13/4) waktu setempat.
Antrean panjang terjadi pada TPS di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), New York. Antrean ini seiring dengan banyaknya pemilih di wilayah tersebut. Di New York dan sekitarnya, terdapat lebih dari 11.500 pemilih terdaftar.
Total pemilih terdaftar di AS diperkirakan mencapai 45.000 orang. Namun, tidak semuanya menyalurkan suara dengan mendatangi TPS. sebagian di antaranya memberikan suara lewat pos atau surat suara keliling.
(Baca: Jika Tak Ada Kejutan, PDIP dan Gerindra Bisa Ambil Posisi Dua Besar)
Antrean panjang juga dilaporkan terjadi di Australia pada Sabtu (13/4) waktu setempat. Mengutip ABC News, antrean pada TPS di KJRI Melboune mencapai ratusan meter hingga sempat membuat gangguan kemacetan.
Penyebabnya, sebanyak 2 ribuan pemilih gagal registrasi online sesuai jadwal sehingga tidak bisa langsung memberikan suara. Para pemilih diminta untuk kembali ke TPS satu jam sebelum pemungutan suara ditutup pada Sabtu (13/4) sore.
Anggraini Prawira, WNI yang berhasil registrasi online sehingga tidak perlu mengantre, mengaku kaget dengan keramaian yang terjadi. "Semua orang sangat antusias untuk datang dan melihat... dan kami ingin memilih, kami ingin yang terbaik untuk Indonesia,” ujarnya, seperti dikutip ABC News.
(Baca: Surat Suara Tercoblos di Malaysia dan Dampak Elektabilitas Jokowi)
Seorang pelajar bernama Albert Witanto, 22 tahun, menggambarkan Pemilu 2019 sebagai kompetisi yang ketat seperti Donald Trump bersaing dengan Hillary Clinton pada Pemilu AS 2016 lalu. Dia merasa gugup dengan Pemilu kali ini yang merupakan Pemilu perdana yang diikutinya.
“Saya berharap Indonesia bisa bertumbuh dan berkembang lebih kencang dan menciptakan pemerintahan yang lebih efektif,” kata dia kepada ABC News.