KPU: Ada Kelompok Terorganisir Produksi Hoaks untuk Ganggu Pemilu

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana sebelum debat di Hotel Sultan, Jakarta.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
13/4/2019, 07.58 WIB

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Aziz menilai saat ini ada kelompok yang ingin merusak kualitas penyelenggaraan Pemilu. Kelompok ini bekerja secara sistematis memproduksi kabar bohong (hoaks) selama Pemilu 2019 berlangsung.

"Ada satu kelompok orang jahat yang sistematis terus memproduksi hoaks," kata Viryan di Hariss Suites Hotel FX, Jakarta, Jumat (12/4).

Viryan memaparkan hoaks-hoaks yang diproduksi kelompok tersebut. Salah satu hoaks tersebut adalah dengan menyebarkan adanya isu 25 juta data ganda Daftar Pemilih Tetap (DPT). Padahal, Viryan menyebut potensi data ganda yang telah ditemukan KPU saat itu hanya sebesar 3,7 juta.

(Baca: KPU dan PPLN Malaysia Periksa Keaslian Surat Suara Tercoblos)

Kemudian, kelompok tersebut juga menyebarkan isu adanya 31 juta DPT siluman dalam Pemilu 2019. "Faktanya (isu 31 juta DPT siluman) itu tidak pernah terjadi," kata Viryan.

Viryan juga menyebut kelompok tersebut memunculkan isu mengenai 14 juta orang gila masuk DPT. Tak berhenti, KPU juga diserang isu tujuh kontainer surat suara yang telah tercoblos untuk pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Tanjung Priok, Jakarta.

(Baca: Narasi Kecurangan dan Potensi Delegitimasi Pilpres 2019)

Menurut Viryan, hoaks yang tersebar mengenai isu itu menyebutkan ada 70 juta surat suara tercoblos. Setiap kontainer berisikan 10 juta surat suara yang sudah tercoblos.

Viryan awalnya heran dari mana angka tersebut berasal. Ternyata, di media sosial ada yang mengkalkulasikan bahwa angka tersebut berasal dari penjumlahan 25 juta DPT ganda, 31 juta DPT siluman, dan 14 juta orang gila dalam DPT.

"Angka 70 juta ini menarik. Tanpa kita jawab, muncul di Twitter. Artinya ada satu pihak (memproduksi hoaks) secara sistematis," kata Viryan.

(Baca: Kisruh DPT Bermasalah Tak Kurangi Kepercayaan Terhadap KPU)

Setelah itu, KPU diserang kembali dengan hoaks server di Singapura yang telah diatur memenangkan Jokowi-Ma'ruf sebesar 57%. KPU lantas memastikan isu tersebut bohong.

KPU juga melaporkan masalah itu ke Bareskrim Mabes Polri. Sebab, KPU tidak memiliki server di Singapura. "Server KPU di Indonesia. Tidak ada yang di luar negeri," kata dia.

Tak berhenti, kini KPU diserang isu soal debat yang bocor. Viryan lantas memastikan isu tersebut tak benar. Dia menjamin soal itu tak mungkin bocor karena diberikan menjelang debat berlangsung. "Tim panelis yang menyusun soal juga dikarantina," kata Viryan.

(Baca: Laporkan DPT Ganda, Adik Prabowo Sebut Tiga Tanggal Kelahiran Janggal)

KPU memang sudah sering mengklarifikasi berbagai hoak tersebut. Sejumlah pelaku penyebar hoaks juga sudah sering ditersangkakan. Hanya saja, Viryan menilai berbagai hoaks tersebut sudah terlanjut tersebar di masyarakat.

Menurut Viryan, masyarakat dibuat tidak percaya dengan penyelenggaraan Pemilu kali ini. Guna membantah ketidakpercayaan masyarakat, Viryan mengajak mereka untuk ramai-ramai datang ke TPS pada saat hari pemungutan suara.

Alhasil, mereka bisa ikut menyaksikan pemungutan dan perhitungan suara secara langsung. "Masyarakat bisa berpartisipasi secara aktif memberitahu bahwa kondisi sebenarnya tidak demikian," kata Viryan.