Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan beberapa proyek infrastruktur ketenagalistrikan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Salah satunya, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Mobile Power Plant (PLTMG MPP) Flores berkapasitas 20 Megawatt (MW).
Tak hanya PLTMG MPP Flores, Jonan juga meresmikan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilo volt (kV) Labuan Bajo-Ruteng, dengan panjang jaringan 150 kms dan memiliki 230 menara. Kemudian, SUTT 70 kV Ruteng-Ulumbu, dengan panjang jaringan 46 kms, dengan 72 menara dan Gardu Induk (GI) Labuan Bajo, GI Ruteng, dan GI Ulumbu, dengan masing-masing kapasitas 1 x 20 Mega Volt Ampere (MVA), dengan tegangan 70 kV.
(Baca: Kementerian ESDM Pastikan Proyek Flow Meter Minyak Tetap Jalan)
Jonan menjelaskan bahwa pengoperasian beberapa infrastruktur kelistrikan tersebut mampu meningkatkan keandalan pasokan listrik di wilayah Labuan Baju, Ruteng dan Ulumbu, sebab sudah terhubung jaringan sub sistem Flores. "SUTT ini penggunaannya bisa ditingkatkan hingga 150 kv, nanti SUTT-nya ini sampai ke Larantuka, namanya Trans Flores," ujarnya, dalam keterangan pers, Kamis (11/4).
Sedangkan, PLTMG MPP diharapkan bisa meningkatkan pasokan listrik di NTT, khususnya wilayah Flores. Pembangkit ini mampu memasok listrik ke 23.148 pelanggan rumah tangga yang memiliki daya 900 Volt Ampare (VA), serta secara sistem terkoneksi dengan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulumbu 4 x 2,5 MW yang terlebih dahulu beroperasi.
PLTMG MPP menggunakan High Speed Diesel (HSD) sebagai sumber bahan bakar utamanya. HSD merupakan bahan bakar minyak jenis solar yang memiliki angka Cetane Number 45, yang biasa digunakan untuk mesin industri.
(Baca: Resmikan Tiga Gardu Induk di Aceh, PLN Hemat Rp 265 Miliar per Tahun)
Secara umum, distribusi sistem kelistrikan wilayah NTT terbagi menjadi dua, yakni sistem Kupang dan sistem NTT isolated. Sistem Kupang per 7 April 2019 memiliki daya mampu netto 122,22 MW dan beban puncak 86,50 MW dengan cadangan sebesar 25,72 MW. Sedangkan sistem NTT isolated mempunyai daya mampu netto 82,13 MW, beban puncak 70,66 MW dan cadangan 11,47 MW.
Selain itu meresmikan beberapa infrastruktur listrik yang beroperasi, Jonan juga meresmikan pencanangan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal off-grid, dengan kapasitas 2.920 kilowatt per peak (kWp). PLTS tersebut tersebar di 11 lokasi di Provinsi NTT.
Tujuan pembangunan PLTS ini adalah untuk memperluas akses listrik bagi 3.308 rumah tangga, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari instalasi tenaga listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Harapan kami sistem kelistrikan khususnya di Labuan Bajo terus dijaga, mengingat wilayah ini menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi orang," ujar Jonan.
Hingga akhir bulan Maret 2019, rasio elektrifikasi NTT tercatat sekitar 71%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Provinsi NTT memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 1.168.785 rumah tangga dengan rincian, rumah tangga berlistrik PLN sebesar 658.739 (56,47%), rumah tangga berlistrik Non PLN 163.076 (14,02%) serta rumah tangga berlistrik Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebesar 4.293 (0,37%).
Sementara itu, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi NTT sebesar 90% pada tahun 2019 dengan jumlah rumah tangga NTT sebesar 1.181.391 sesuai data proyeksi BPS.