Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyebut, target pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Sandiaga Uno saat Pilpres 2019 sebesar 6%-6,5% dalam dua tahun hampir mustahil tercapai.
Bhima mengatakan tantangan global seperti perang dagang sejunlah negara hingga resesi di Amerika Serikat (AS) dan Jepang akan menghambat tumbuhnya ekonomi Indonesia. Selain itu, kinerja konsumsi, industri, hingga pertanian relatif stagnan dan loyo.
Bhima mengingatkan, calon presiden petahana yakni Joko Widodo (Jokowi) juga pernah menawarkan pertumbuhan yang mustahil yakni, 7% dalam rencana pembangunannya saat Pilpres 2014 lalu. Oleh sebab itu, dia menyayangkan calon wakil presiden nomor urut 02 tersebut malah memilih berjualan mimpi serupa.
(Baca: Debat Pilpres 2019, Sandiaga akan Serang Pertumbuhan Ekonomi 5% Jokowi)
"Calon presiden pada Pilpres 2019 seharusnya memiliki perhitungan teknokratis mengenai pertumbuhan ekonomi dan tidak menebak-nebak. Apalagi hal itu dapat berdampak panjang ke depannya," ujar Bhima.
Peneliti INDEF yang lain, Abra P.G. Talattov mengatakan, tantangan lain untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5% adalah konsolidasi politik tahun pertama apabila memenangkan Pilpres 2019. Abra menjelaskan pemerintahan baru tentunya akan sibuk berproses secara politik, menyiapkan kabinet, hingga menempatkan orang di Kementerian dan Lembaga (K/L) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Tahun pertama belum bisa fokus, menyiapkan program kan juga di tahun pertama," kata Abra.
Abra juga meminta Sandiaga menyampaikan strategi memacu pertumbuhan ekonomi secaa nyata, agar publik dapat melihat konsistensi kebijakan dengan program. Dia mencontohkan, saat ini pemerintah memiliki program pengembangan biofuel dalam memacu hilirisasi sawit. "Jadi memang harus sampaikan programnya," kata dia.
Sandiaga sebelumnya menjanjikan pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 6% hingga 6,5% pada dua tahun pertama pemerintahan. Ia menjelaskan target pertumbuhan ekonomi 6% hingga 6,5% dapat dicapai dengan melakukan reformasi struktural, terutama di beberapa sektor. Beberapa sektor yang menjadi sasaran adalah pertanian, manufaktur, hingga perumahan rakyat.
INDEF sendiri memiliki proyeksi yang lebih moderat terkait pertumbuhan ekonomi. Proyeksi sementara INDEF, ekonomi bisa tumbuh 5,1% hingga 5,3% dalam dua tahun.
(Baca: Kritik Jokowi, Tim Sukses Prabowo Ragukan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi)