Survei Maret: Selisih Menipis, Elektabilitas Jokowi 55%, Prabowo 37%

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto usai mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional.
Penulis: Michael Reily
3/4/2019, 17.31 WIB

Pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2019 akan berlangsung 14 hari lagi. Persaingan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam memperebutkan suara pemilih semakin sengit. Selisih suara pasangan petahana dan penantang semakin tipis.

Survei terbaru Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas Jokowi-Amin sebesar 55,4 persen, sedangkan keterpilihan Prabowo-Sandi mencapai 37,4 persen. Sekitar 7,2 persen responden tidak menjawab atau tidak mengetahui pilihannya. Namun, persentase kelompok yang belum memiliki preferensi pilihan semakin rendah.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhannuddin Muhtadi menyatakan basis dukungan masing-masing kandidat semakin menguat, tetapi tren kenaikan pemilih Jokowi-Amin lebih landai ketimbang Prabowo-Sandi. "Selisih sekarang sekitar 18 persen," kata Burhannudin di Jakarta, Rabu (3/4). Indikator Politik Indonesia melakukan survei kepada 1.220 orang sampel pada 22 hingga 29 Maret 2019. 

(Baca: Jelang Pilpres, Survei LSI: Jokowi-Ma’ruf Unggul 20% dari Prabowo)

Sebelumnya, survei Indikator Politik Indonesia pada Oktober 2018 menunjukkan Jokowi-Amin mendapatkan respons 53 persen dan meningkat jadi 54,9 persen pada survei Desember 2018. Pada periode yang sama, elektabilitas Prabowo-Sandi meningkat dari 30 persen menjadi 34,8 persen.

Sebaliknya, tingkat pemilih yang belum punya pilihan terus menurun dari 17 persen pada Oktober 2018 menjadi 9,2 persen di Desember 2018. "Kondisi ini menggambarkan peluang menang Jokowi-Amin paling besar, tetapi belum aman. Perubahan besar mungkin terjadi," ujar Burhannudin.

Alasannya, masih ada pemilih yang kemungkinan mengubah pilihannya mencapai 16,9 persen. Hasil survei menunjukkan dari 55,4 persen dukungan Jokowi-Amin, kemungkinan besar pergantian pilihan sebesar 8,8 persen. Sedangkan, perhitungan elektabilitas Prabowo-Sandi, pemilih yang berubah pikiran juga mencapai 8,1 persen.

(Baca: Hasil Survei Maret: Selisih Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Menyempit)

Alhasil, basis pendukung kuat Jokowi-Amin hanya mencapai 46,6 persen dan Prabowo-Sandi sebesar 29,2 persen. Dengan demikian, secara total pemilih yang belum punya preferensi ditambah kemungkinan perubahan pilihan, sekitar 24,1 persen suara akan menentukan hasil akhir pemilihan umum.

Indikator Politik Indonesia juga membuat model prediksi perubahan pilihan dan kelompok yang belum punya preferensi. Perhitungannya berdasarkan karakteristik sosilogis, psikologis, dan ekonomi politik sesuai demografi pemilih kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Hasilnya, sekitar 7,7 persen pemilih pengambang bakal memilih Jokowi-Amin dan kisaran 9,2 persen mungkin memberikan suara kepada Prabowo-Sandi. Sementara itu, kelompok pemilih yang belum punya preferensi bakal terdistribusi secara merata kepada setiap pasangan masing-masing sebesar 3,6 persen.

(Baca: Hari Coblosan Jelang Libur Panjang Berpotensi Gerus Suara Jokowi)

Secara total, proyeksi model Indikator Politik Indonesia untuk suara mengambang dan suara belum punya pilihan akan menghasilkan 11,3 persen kepada Jokowi-Amin dan 12,8 persen menuju Prabowo-Sandi. Sehingga, elektabilitas Jokowi-Amin mencapai 57,9 persen dan Prabowo-Sandi sebesar 42,1 persen.

Menurut analisis agregat akhir, Jokowi-Amin bakal menang pada pemilihan presiden dan wakil presiden 17 April mendatang. "Kalau tidak ada kejadian luar biasa dalam waktu dua pekan, selisihnya akan cukup signifikan," kata Burhanuddin.