Pasokan Minyak Sentuh Level Terendah dalam 4 Tahun Terakhir

Chevron
Aktivitas produksi minyak
Penulis: Safrezi Fitra
2/4/2019, 09.49 WIB

Pasokan minyak OPEC pada bulan lalu berkurang ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Hal ini terjadi karena negara-negara pengekspor minyak dunia tersebut mengurangi pasokannya dengan volume yang lebih besar, melebihi kesepakatan.

Data hasil survei Reuters, Senin (1/4), mencatat 14 anggota OPEC memproduksi minyak 30,40 juta barel per hari (bph) pada bulan lalu. Produksi ini turun 280 ribu barel dari Februari 2019. Total produksi bulan lalu merupakan yang terendah sejak 2015.

Eksportir utama Arab Saudi memangkas produksi minyak lebih besar dari yang disepakati OPEC. Mereka mengabaikan tekanan dari Amerika Serikat (AS) yang meminta peningkatan pasokan. Di sisi lain, produksi Venezuela turun lebih jauh karena sanksi-sanksi negara lain dan pemadaman listrik. Dampaknya, minyak mentah diperdagangkan di atas US$ 68 per barel, mendekati level tertinggi 2019.

(Baca: Tak Terpengaruh Kritik Trump, Harga Minyak Dunia Terus Menanjak_

Akhir tahun lalu, aliansi OPEC, Rusia dan non-anggota lainnya (OPEC+) sepakat mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta bph mulai 1 Januari 2019. Bagian OPEC dari pemotongan itu sebesar 800 ribu bph yang akan dikirimkan oleh 11 anggota, kecuali Iran, Libya, dan Venezuela.

Pada Maret, 11 anggota OPEC yang terikat oleh kesepakatan melakukan pemangkasan 35 persen lebih besar dari yang disepakati. Ini merupakan yang tertinggi menurut standar OPEC. Arab Saudi mengurangi produksinya 220 ribu bph, lebih rendah dari produksi Februari. Negara ini telah mengurangi produksi dari rekor 11 juta barel per hari pada November karena kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan.

Di antara produsen-produsen yang dikecualikan, pasokan Venezuela turun 150 ribu bph. Produksi minyak Venezuela yang pernah menjadi tiga besar produsen OPEC, telah menurun selama bertahun-tahun karena keruntuhan ekonomi dan sanksi AS.

(Baca: OPEC Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi)

Selain itu, survei menunjukkan Kuwait dan Uni Emirat Arab memberikan pengurangan yang lebih besar dari yang dipersyaratkan dalam kesepakatan. Sementara Irak, yang lamban pada kepatuhan dalam putaran terakhir pemotongan, mengurangi pasokan karena ekspor dari selatan negara itu jatuh.

Kenaikan produksi terbesar OPEC terjadi di Libya, karena ladang minyak terbesar di negara itu, El Sharara, mulai beroperasi kembali. Produsen yang lebih kecil seperti Kongo, Ekuador, Equatorial Guinea dan Gabon juga memproduksi minyak di atas target mereka.

Di antara negara-negara OPEC dalam pakta pasokan, Nigeria mengalami kelebihan produksi dengan jumlah terbesar. Produksi di ladang Egina oleh perusahaan minyak Total membantu meningkatkan produksi. Ladang Egina menghasilkan kondensat, sejenis minyak ringan yang dikecualikan dari pakta pemangkasan pasokan minyak OPEC.

Survei Reuters bertujuan untuk melacak pasokan ke pasar dan didasarkan pada data pengiriman yang disediakan oleh sumber eksternal, Refinitiv Eikon mengalirkan data dan informasi yang diberikan oleh sumber-sumber di perusahaan minyak, OPEC dan perusahaan konsultan.

(Baca: Jonan: Lebih Baik Mobil Listrik Ketimbang Genjot Produksi Minyak)

Reporter: Antara