Lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebut hari libur saat pemilihan presiden berlangsung berpotensi menggerus suara calon petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Pilpres 2019 yang akan berlangsung 17 April berdekatan dengan libur Hari Raya Jumat Agung yang dirayakan umat Nasrani.
Dari hasil survei yang dirilis CSIS, sebanyak 7% responden berencana liburan saat Pemilu berlangsung. Sedangkan mayoritas responden yakni 93% memilih tidak berlibur.
Berdasarkan hasil survei crosstabulasi antara rencana liburan dan kategori agama, mayoritas responden yang beragama Islam (93,5%) memilih tidak berlibur. Hanya 6,5% responden beragama Islam yang berlibur saat hari pencoblosan Pilpres. Adapun responden beragama Kristen/Katolik sebanyak 13,1% akan berlibur dan 86,9% memilih tidak berlibur.
"Kalau (umat Nasrani) liburan (tidak mencoblos) mungkin bisa menjadi problematik (untuk Jokowi)," kata Direktur Eksekutif CSIS, Philips J Vermonte, saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/3).
(Baca: CSIS: PDIP, Gerindra dan Golkar Akan Peroleh Suara Terbanyak)
Alasannya, pada Pilpres 2014, Jokowi mendapatkan limpahan suara dari non-muslim. Sedangkan di segmen pemilih muslim, mantan Walikota Solo tersebut mengalami kekalahan.
Sehingga apabila pendukung Jokowi memilih bepergian liburan dibandingkan menggunakan hak pilihnya, berpotensi menggerus suara. "Saat itu bahkan lebih problematik," kata Philips.
Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Noory Okthariza, mengatakan jumlah 7% tersebut apabila dihitung agregat pemilih dapat mencapai 12 juta orang. Oleh sebab itu menurutnya liburan mendatang dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap dinamika Pilpres.
"Ketika masyarakat mengambil libur panjang sampai Minggu (21 April) barangkali dapat mempengaruhi pencoblosan," kata Noory.
(Baca: Survei CSIS: Jokowi Rebut Kantong Suara Prabowo di Jabar dan Banten )
Soal potensi ketidakhadiran pemilih, Philips mengatakan hal ini menjadi pekerjaan rumah Komisi Pemilihan Umum (KPU), peserta kandidat, hingga partai politik. Apalagi waktu pencoblosan semakin sempit. "Perlu didorong agar pemilih datang menggunakan hak suaranya," kata dia.
CSIS menggelar survei pada periode 15-22 Maret 2019 dengan margin of error kurang lebih minus 2,21% dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel 1.960 responden yang dipilih secara acak bertingkat mewakili 34 provinsi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.
(Baca: Survei CSIS: Jokowi Unggul Jauh dari Prabowo, Hanya Kalah di Sumatra)