Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan ada tiga faktor yang lebih mempengaruhi capaian perolehan suara Joko Widodo (Jokowi) ketimbang kampanye terbuka. Ini bisa dilakukan dalam tiga pekan ke depan hingga pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Faktor pertama adalah rasa nyaman pemilih terkait kebebasan berpendapat. Salah satu kasus yang menjadi perhatian adalah penangkapan aktivis Robertus Robet yang menunjukkan adanya ketidaknyamanan masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya.
Faktor kedua adalah blunder para pendukung, seperti adanya penangkapan terhadap mantan Ketua Umum Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Romahurmuziy merupakan Dewan Pengarah di Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
(Baca: Kampanye Rapat Umum Dinilai Tak Beri Efek Elektoral Signifikan)
Sedangkan faktor ketiga adalah wajah reformis yang saat ini tidak terlihat lagi pada Jokowi. Ray mengatakan, sebagai Presiden, Jokowi malah lebih banyak menampilkan wajah prestasi dan capaian dalam pembangunan. Padahal tahun 2014, masyarakat melihat Jokowi merupakan calon presiden yang reformis.
"Kalau ketiganya bisa diatasi, bahkan bisa tarik pemilih mengambang," kata Ray saat diskusi di Jakarta, Senin (25/5).
Menurutnya, soliditas pemilih Jokowi tidak akan banyak berubah dari saat ini sekitar 88 persen hingga saat pelaksanaan Pilpres. Begitu juga dengan Prabowo yang berada tidak jauh dari angka itu. Menarik suara merupakan hal yang berat, meski bukannya tidak mungkin dilakukan.
(Baca: Dampak Kenaikan Gaji Kerek Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Kalangan PNS)
Momen yang bisa dimanfaatkan adalah debat keempat yang digelar akhir pekan ini. Salah satu tema dalam debat ini adalah keamanan, sehingga Jokowi bisa lebih menjelaskan soal agenda reformasi yang dia kerjakan selama menjabat Presiden dan yang akan dia lakukan dalam lima tahun ke depan.
Sedangkan Peneliti Litbang Kompas Toto Suryaningtyas memprediksi apabila kedua calon berhasil menggarap secara berimbang segmen pemilih mengambang yang besarnya 13 persen, maka konstelasi suara tanggal 17 April mendatang tak jauh dari saat ini. Dari survei Kompas, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin bulan Maret ini mencapai 49,2 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga mencapai 37,4 persen atau selisih 11,8 persen.
"Jadi, kalau ditanya pergerakan angka sampai tanggal 17 April, maka penjelasannya semacam itu," kata Toto.
Berkaca survei Kompas, Jokowi lantas memerintahkan para pendukungnya untuk terjun langsung ke masyarakat menjelang pencoblosan yang tingga satu bulan lagi. Jokowi khawatir peredaran kabar bohong atau hoaks yang cepat menyebar di masyarakat, berpotensi mempengaruhi elektabilitasnya. "Saya kira mengelola informasi peristiwa dan isu yang ada sangat penting," kata Jokowi pekan lalu.
(Baca: Jokowi: Saya akan Lawan Hoaks dan Fitnah PKI, Anti-Islam, Antek Asing!)