Pengusaha wanita diminta tidak berkecil hati apabila baru merintis bisnisnya. Peluang membesarkan bisnis selalu ada, apalagi yang bergerak di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sektor yang masih menjadi tumpuan ekonomi Indonesi saat ini.
Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Nita Yudi menyadari benar bahwa pada tahap awal seorang pengusaha biasanya hanya menjual barang dengan kapasitas kecil. Namun apabila mampu membenahi beberapa hal seperti berani merespons audiens dan pembeli, pelan-pelan usahanya akan tumbuh.
“Jangan kecil hati kalau baru jual 10 cupcake atau lima potong baju satu hari,” kata Nita saat menjadi pembicara seminar womenpreneur untuk memperingati Hari Perempuan Internasional di Jakarta, Kamis (21/3). Dia mencontohkan brand atau merk Sari Ayu hingga Mustika Ratu hanya dimulai dari kegiatan ulek-mengulek bahan-bahan kecantikan di sebuah rumah.
(Baca: Perempuan Dominasi Kepemilikan Usaha pada Ekonomi Kreatif)
Selain merespons audiens, para pengusaha wanita perlu memetakan bisnis yang berkembang di revolusi digital saat ini. Menurut dia, makanan dan minuman masih menjadi andalan dari sektor UMKM yang mengisi 85 % kelompok IWAPI yang saat ini terdiri dari 40 ribu pengusaha. Sebanyak 85 % di kelompok UMKM, 13 % pengusaha menengah, dan 2 % pengusaha besar.
Meski demikian, bisnis wanita di Indonesia bukan tanpa tantangan. Apalagi negara ini memiliki budaya patriarki. Nita mengatakan wanita sering dipersepsikan hanya mampu mengurus dapur, kasur, dan sumur. Karena itu masih banyak wanita kurang percaya diri untuk berbisnis. “Begitu menghadapi klien tidak bisa bicara. Padahal, bikin baju bagus, masaknya enak,” kata dia.
Sementara itu, Data Analyst dari apliasi kasir online Moka, Hutami Nadya, mengatakan bisnis kuliner seperti ayam geprek, banana nugget, dan salted egg masih menjadi primadona tahun ini. Hal ini berdasarkan kajian yang dilakukan pada gerai mitra Moka.
Dia juga menjelaskan ada fenomena seperti es kepal milo yang mengalami peningkatan sementara saja. Soal branding disinyalir menjadi alasan di balik tren yang hanya sementara. “Tidak ada branding dan visi yang kuat,” katanya.
Dalam seminar ini ada beberapa pembicara yang merupakan para wanita pemilik usaha. Mereka di antaranya pemilik Mimo Cooks & Coffee atau @haimimo yakni Desta Rissa. Baginya, membangun merk dan segmen pembeli merupakan hal yang paling penting dilakukan.
(Baca: BI Bantu UMKM Kembangkan Industri Kreatif)
Desta mencontohkan cara termudah adalah mencari tahu siapa saja yang membeli produk makanan Haimimo. Karena itu, riset akan apa yang dijual juga penting. “Kalau tidak laku, belum tentu produknya jelek, tapi pasarnya memang sedang tidak butuh,” katanya.
Sedangkan pemilik @madformakeup Shirley M. Oslan mengatakan sempat menggeser segmen pasar produk kecantikannya berdasarkan usia tertentu. Awalnya produk Mad For Makeup disasar untuk usia konsumen di atas 25 tahun. Namun seiring waktu, ternyata usia 18-22 tahun menjadi peminat produknya. “Jadi kami sudah tahu ke mana,” katanya.