Pernyataan Erwin Aksa yang merapat ke kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam pemilihan presiden 2019 (pilpres 2019) menyisakan pertanyaan, apa alasan kader Partai Golkar tersebut. Apalagi Golkar merupakan partai pengusung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Belum lagi bila melihat Erwin sebagai keponakan Jusuf Kalla yang menjadi Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi. Bahkan, dari undangan yang didapatkan Katadata.co.id, malam nanti Erwin bersama Erik Hidayat, anak kader Golkar lainnya, M.S. Hidayat, akan mendeklarasikan dukungan 1.000 pengusaha nasional kepada Prabowo dan Sandiaga.
(Baca: Sepekan Daftar Pilpres, Prabowo-Sandi Lobi Maraton ke Golkar dan NU)
Dalam menanggapi rasa penasaran publik tersebut, Erwin menyatakan persahabatan dengan Sandiaga merupakan motivasi utamanya dalam menentukan pilihan politik. Keduanya pernah bersama di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). “Di HIPMI selalu mengutamakan pertemanan, persahabatan,” kata Erwin Rabu (20/3) kemarin.
Terkait hubungannya dengan Kalla, Erwin mengatakan telah menyampaikan soal perbedaan haluan politik ini kepada pamannya. Atas hal itu, Kalla memahaminya. Menurut Erwin, di keluarga mereka sudah terbiasa dengan perbedaan, yang biasanya dibicarakan di meja makan, termasuk soal politik.
Walau demikian, manuver ini membuat Dewan Pimpinan Pusat partai Golkar mencopot Erwin dari Ketua Bidang Koperasi dan UKM. Atas keputusan tersebut, Erwin mengatakan tetap menjadi kader Golkar meski bukan pengurus. “Posisi saya sudah digantikan Andi Lukman yang juga sahabat saya,” katanya.
(Baca: Kejar Elektabilitas, Prabowo-Sandiaga Bakal Gaet 'Undecided Voters')
Sandiaga pun menyambut baik dukungan sahabatnya itu. Bahkan, dia menyebutkan ada pengusaha semodel Erwin yang terbelenggu situasi lapangan sehingga belum memutuskan pilihan politiknya. “Saya katakan, berikan simpati saat 17 April,” kata Sandiaga beberapa hari lalu.
Wajah Dua Kaki Politik Golkar
Analis Politik Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan kejadian ini sebagai fenomena yang umum di Partai Golkar. Ia menyebutnya sebagai permainan dua kaki. Hal ini bukan yang pertama tokoh Golkar berbeda haluan politik.
Pada 2014, misalnya, beberapa kader seperti Agus Gumiwang dan Nusron Wahid memilih Jokowi walaupun ketua umumnya, saat itu Aburizal Bakrie, berlabuh ke Prabowo-Hatta Rajasa. “Ini dalam rangka menyiapkan sekoci politik,” kata Arif kepada Katadata.co.id, Kamis (21/3).
Menurutnya, saat pemilihan kepala daerah DKI Jakarta dua tahun lalu, Erwin pernah mendorong Anies Baswedan ikut kontestasi dan menjadi gubernur. Ini sebagai wajah politik praktis Golkar. Demikian pula dengan saat ini, ketika elektabilitas Jokowi di angka 50 % yang belum tentu aman untuk melenggang pada pilpres 2019.
(Baca: Anjlok di Survei Kompas, Jokowi Minta Kader dan Relawan Lebih Militan)
Sedangkan peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat berbeloknya Erwin tidak berdampak signifikan terhadap elektabilitas Golkar. Sebab, Erwin bukanlah elit utama partai beringin tersebut, bukan tokoh utama Golkar.
Dia menganggap kejadian ini dilatari perkawanan bisnisnya dengan Sandiaga. Syamsuddin juga menilai perbedaan politik dalam keluarga merupakan hal yang wajar. “Mereka tidak pecah karena perbedaan pilihan,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Wakil Presiden Husain Abdullah mengatakan politik Erwin merupakan hak yang bersangkutan. Kalla sendiri tidak memberikan respons yang berlebihan atas langkah tersebut. Dukungan kepada Sandiaga dinilai sebagai proses demokrasi biasa.
(Baca: Tim Jokowi Optimistis Prabowo Sulit Kejar Elektabilitas dalam Sebulan)
Dia juga menekankan tetap mendukung Jokowi dengan pertimbangan kinerja bersama selama empat tahun belakangan. Husain mengatakan, Kalla melihat Jokowi sebagai sosok yang tak otoriter, tidak korupsi, dan berpengalaman. “Bahkan anak pak Jokowi hanya jualan pisang dan martabak,” kata Husain.