Dua Penyebab Elektabilitas Jokowi-Maruf Turun Jelang Pilpres

ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kanan) berfoto dengan peserta ketika menghadiri silaturahmi dengan purnawirawan TNI - Polri di JI Expo,Kemayoran Jakarta, Minggu (10/2/2019).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
20/3/2019, 19.56 WIB

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan penurunan elektabilitas pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebesar 3,4% dalam enam bulan terakhir. Setidaknya terdapat dua penyebab turunnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dalam enam bulan terakhir.

Survei teranyar Litbang Kompas menunjukkan perolehan suara Jokowi-Ma'ruf saat ini sebesar 49,2%. Pada Oktober 2018, elektabilitas pasangan calon petahana tersebut sebesar 52,6%.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai Pemilu Serentak 2019 membuat banyak partai politik pendukung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK) belum bekerja optimal. Partai politik banyak yang lebih fokus bekerja untuk pemilihan legislatif dibandingkan pemilihan presiden.

(Baca: Tim Jokowi Optimistis Prabowo Sulit Kejar Elektabilitas dalam Sebulan)

Emrus mengatakan, partai-partai tersebut cenderung menyelamatkan dirinya sendiri karena adanya ambang batas parlemen sebesar 4%. "Mereka pasti lebih utamakan kursi caleg ketimbang kursi capres cawapres di Pilpres," kata Emrus di Jakarta, Rabu (20/3).

Untuk memenangkan Pileg, Emrus bahkan menyebut ada partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf yang tak segan bekerja sama dengan partai oposisi. Emrus menilai hal tersebut menunjukkan belum solidnya partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin juga menilai seharusnya partai-partai dalam KIK tak berkoalisi dengan partai-partai oposisi untuk bisa menarik suara masyarakat. "Logikanya kan harus bersatu di tingkat koalisi partainya untuk memenangkan pasangan calon 01," kata Ujang.

Koalisi Jokowi-Ma'ruf Kurang Dukungan Akar Rumput

Penyebab lain turunnya elektabilitas pasangan calon petahana yakni kampanye Jokowi-Ma'ruf saat ini dinilai tidak menembus masyarakat akar rumput. Berbagai deklarasi dukungan yang kerap dilakukan untuk Jokowi-Ma'ruf hanya berada di tataran elite.

Padahal, dukungan dari masyarakat akar rumput cukup penting untuk menguatkan basis suara Jokowi-Ma'ruf. "Ini sebenarnya yang menjadi persoalan yang menimpa petahana," kata Ujang.

Karenanya, Ujang menilai Jokowi-Ma'ruf perlu memperbaiki manajemen kampanye mereka dalam satu bulan terakhir. Lebih lanjut, Jokowi-Ma'ruf juga perlu menyolidkan kerja partai-partai pendukungnya.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, ada peluang Jokowi-Ma'ruf kalah dari Prabowo-Sandiaga. Sebab, selisih elektabilitas di antara keduanya hanya terpaut 11,8%. "Harus ada koreksi dari pasangan calon nomor urut 01. Peluang inkumben itu harusnya lebih besar," kata Ujang.

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Garda Maharsi menilai membantah jika partai pendukung di KIK tak solid. Menurutnya, partai-partai pendukung di KIK terus bekerja dalam upaya pemenangan Jokowi-Ma'ruf.

Hanya saja, perlu dipahami bahwa partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf juga harus bekerja untuk memenangkan Pileg 2019. "Kami baru pertama kali mengalami Pileg dan Pilpres berbarengan. Tentunya itu berdampak ke kerja bareng," kata Garda.