ExxonMobil Indonesia mengatakan negosiasi harga minyak mentah dengan PT Pertamina (Persero), untuk periode transaksi pembelian minyak pada semester II 2019, masih terus berjalan. Proses ini terus berlangsung hingga keduanya sepakat memperoleh harga yang sesuai.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, saat ini Exxon dan Pertamina masih melakukan pembicaraan secara intensif. "Negosiasi sekarang ini untuk (pembelian) Juli ke atas. Kita lagi bicara terbuka lah," kata Erwin, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (18/3).
Namun dia enggan menjelaskan lebih lanjut terkait proses negosiasi tersebut. Sebab, dia khawatir hal itu akan mempengaruhi proses negosiasi harga minyak mentah. " Kami masih bicara, enggak boleh ngomong," ujarnya.
(Baca: Tak Sepakat Harga, ExxonMobil Batal Jual Minyak ke Pertamina)
Sebelumnya ExxonMobil dikabarkan batal menjual minyak mentahnya pada semester pertama ke PT Pertamina (Persero). Alasannya, kedua perusahaan tidak menemui titik temu mengenai harga yang sesuai.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id beberapa waktu lalu Pertamina tidak bersedia membayar sesuai harga pasar internasional seperti yang biasa diperoleh Exxon. Penyebab lainnya adalah terbatasnya waktu negosiasi, sehingga kedua perusahaan belum tersebut belum menemukan kesepakatan hingga wajtu yang ditentukan.
Adapun, minyak yang akan dibeli Pertamina itu berasal dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu. Produksi siap jual (lifting) Banyu Urip tahun lalu mencapai 209.314 bph. Capaian itu di atas APBN 2018 sebesar 205 ribu bph.
(Baca juga: ExxonMobil Jajaki Lagi Jual Minyak ke Pertamina)
Meski belum mencapai kata sepakat dengan ExxonMobil, Pertamina berhasil memperoleh minyak dari kontraktor lain. Totalnya sekitar 112 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 3,3 juta barel per bulannya.
Sebelumnya, Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Hasto Wibowo mengatakan, dari total tersebut, paling besar diperoleh dari Chevron. "Chevron itu 2,5 juta per bulan dari 3,3 juta itu,"ujar dia.
Dengan tambahan minyak dari kontraktor, impor minyak Pertamina pun kini berkurang 3 juta-an per bulannya. Biasanya setiap bulan impor minyak bisa 11 juta barel, kini sudah turun menjadi 7-7,5 juta per bulan. "Overall baik bagi negara, devisa juga aman,"kata Hasto.