Situs KPU Diserang, Wiranto Sebut Peretas Tak Dapat Ubah Hasil Pemilu
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto meminta masyarakat tak perlu khawatir dengan upaya peretasan laman situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga berasal dari mancanegara di antaranya Rusia dan Tiongkok. Sebab, penyelenggara Pemilu sudah mengantisipasi ancaman tersebut, sehingga data perhitungan suara Pemilu akan tetap aman.
"Jadi jangan khawatir kalau ada isu-isu bahwa seakan ada hacker yang begitu canggih," kata Wiranto di kantornya, Jakarta, Kamis (14/3).
(Baca: Serangan Siber ke Indonesia Capai 12,9 Juta, Paling Banyak dari Rusia)
Lebih lanjut, Wiranto meminta masyarakat tidak mempercayai isu peretasan yang dapat mengubah hasil perhitungan suara Pemilu. Menurut Wiranto, belum ada teknologi canggih yang mampu mengubah hasil perhitungan suara Pemilu di dunia.
Jika hal itu terjadi, dia menilai Pemilu tak perlu lagi ada. "Kalau itu bisa dilakukan di seluruh dunia, ya enggak usah ada Pemilu karena percuma," kata Wiranto.
Ketua KPU Arief Budiman juga menilai masyarakat tak perlu khawatir dengan isu peretasan terhadap laman situs penyelenggara Pemilu. Arief menyatakan ada pihak yang ingin mencoba meretas dengan mengubah tampilan laman situs (deface) hingga memasuki sistem.
Hanya saja, KPU dapat mencegahnya upaya peretasan tersebut. "Sampai hari ini bisa kami selesaikan semua," kata Arief. (Baca: Tanggapi Jokowi, Kedubes Rusia: Kami Tidak Ikut Campur Proses Pemilu)
Serangan Situs KPU Tak Akan Ubah Data Perhitungan Pemilu
Arief pun menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan banyak pihak yang memiliki kompetensi untuk mencegah upaya peretasan. Mereka, antara lain BIN, BSSN, Cyber Crime Mabes Polri, Kemenkominfo, dan BPPT.
Lebih lanjut, Arief menilai peretasan tak mungkin bisa mengubah hasil perhitungan suara Pemilu. Sebab, hasil resmi Pemilu ditetapkan berdasarkan perhitungan manual.
(Baca: Cegah Debat Ketiga Pilpres Ricuh, 6 Orang Ditunjuk Jadi Komite Damai)
Perhitungan manual ini dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat TPS, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga tingkat nasional. "Jadi andaikan sistem IT kami tidak digunakan atau sistem kami down sekali pun Pemilunya tak terganggu, karena rekap itu dilakukan secara manual," kata Arief.
KPU sebelumnya mengungkapkan adanya upaya peretasan ke laman situs KPU dengan menggunakan IP address dari luar negeri, termasuk Rusia dan Tiongkok. Meski demikian, Wiranto menilai belum tentu peretas berasal dari negara tersebut. "Bisa saja IP address dari luar negeri, tapi pelakunya ya orang-orang Indonesia juga," kata Arief.
(Baca: KPU Minta Elite Politik Tak Ikut Sebarkan Disinformasi)