Survei LSI Denny JA: Pemilih Muslim Demokrat Banyak Dukung Jokowi

Katadata
Pemilih muslim Demokrat yang mendukung Prabowo-Subianto mengalami penurunan.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
5/3/2019, 21.15 WIB

Hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat pemilih muslim Partai Demokrat cenderung mendukung pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Padahal, Demokrat sendiri mengusung pesaing  Jokowi-Ma'ruf, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Demokrat satu-satunya partai pendukung Prabowo-Sandiaga yang pendukungnya lebih bayak mendukung Jokowi-Ma'ruf," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di kantornya, Jakarta, Selasa (5/3).

LSI Denny JA mencatat, pemilih muslim Demokrat yang mendukung Jokowi-Ma'ruf per Februari 2019 sebesar 61,2% atau meningkat 23,5% dibandingkan satu bulan sebelumnya sebesar 37,7%.

(Baca: Dukungan NU untuk Jokowi Menguat, Muhammadiyah Beralih ke Prabowo)

Sementara itu, pemilih muslim Demokrat yang mendukung Prabowo-Subianto pada Februari 2019 hanya sebesar 36,7%. Angka ini berkurang 22,3% dari bulan sebelumnya yang sebesar 59%.

Hal ini berbeda jika dibandingkan partai-partai pengusung Prabowo-Sandiaga lainnya. Para pemilih muslim Partai Gerindra yang mendukung Prabowo-Sandiaga tercatat sebesar 86,2%.

Pemilih muslim PKS yang mendukung Prabowo-Sandiaga sebesar 86,4%. Pemilih muslim PAN yang mendukung Prabowo-Sandiaga sebesar 77,8%. Ada pun, pemilih muslim Berkarya yang mendukung pasangan calon oposisi sebesar 42,9%.

(Baca: Survei: Jokowi Unggul di Muslim Moderat, Prabowo di Konservartif)

Ardian mengatakan, banyaknya pemilih muslim Demokrat yang lebih memilih Jokowi-Ma'ruf lantaran sikap partai berlambang mercy tersebut yang kerap terkesan berada di tengah. Bahkan, Demokrat membebaskan para kadernya untuk mendukung siapa saja pasangan calon dalam Pilpres 2019.

Hal ini, lanjut Ardian, membuat pemilih muslim Demokrat pun melakukan hal serupa. "Sikap dari Demokrat yang relatif tidak secara terang-teranganan dalam waktu lumayan panjang, membuat pemilih merasa dibebaskan," kata Ardian.

LSI Denny JA mengadakan survei pada 18-25 Februari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,9%.

(Baca juga: LSI Denny JA: Jokowi-Ma'ruf Terus Unggul, Pilpres 2019 Sudah "Selesai")

Pidato AHY Tidak Terang

Sikap tidak terang Demokrat juga tercermin dari pidato politik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akhir pekan lalu. AHY yang tidak secara jelas memberikan dukungan kepada Prabowo  dianggap membuka ruang bagi partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu untuk mendekati kubu Jokowi. 

Strategi AHY sebagai Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat yang tidak menyinggung nama kedua calon presiden itu dianggap memberi independensi Demokrat untuk bertahan di pemilihan legislatif.

Analis Politik Exposit Strategic Arif Susanto juga menambahkan, gestur AHY juga dilakukan untuk memberi posisi tawar bagi politisi muda. Apalagi saat ini panggung politik masih banyak dikuasai oleh politisi senior. "Ini membuka ruang bagi Demokrat melakukan manuver politik," kata Arif kepada Katadata, Senin (4/3).

(Baca: Demokrat Gelar Rapat Bahas Nasib Andi Arief )

Menurutnya, langkah Demokrat ini wajar untuk memperoleh kursi lebih banyak di legislatif. "Ini memberi independensi relatif baik bagi Partai Demokrat untuk bertahan di ambang batas parlemen 4%," kata Arif.

Selain itu, Arif juga melihat bahwa dalam lima tahun belakangan Partai Demokrat tak terlalu jadi sorotan publik lantaran berada di luar kekuasaan. Dia melihat Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Demokrat ingin mengubah posisi tersebut agar lebih lentur dalam menghadapi Jokowi dan Prabowo.

"Walaupun berkoalisi dengan Gerindra, namun belum terbentuk koalisi kuat untuk mendukung Prabowo," kata dia.

(Baca: Pidato AHY Dinilai Buka Peluang Demokrat untuk Dekati Jokowi)